Cerpen : Penghuni Surga
*Penghuni Surga
***
Courtesy : Pinterest |
"Aku benci semua orang, aku benci kehidupan ini."
Kalimat itu terus berkecamuk dalam pikiran Siska, seorang gadis SMA yang sekarang sudah duduk di kelas 3. Bukan tanpa alasan kalimat membenci kehidupan tersebut terngiang dalam pikirannya, karena Siska sering dibully oleh teman-teman sekelasnya hingga ia hampir putus asa.
Siska sering diejek dan dibully secara mental oleh kebanyakan teman sekelasnya sebab tingkat ekonominya jauh lebih rendah dibandingkan mereka. Sebetulnya ekonomi keluarga Siska tidaklah terlalu miskin, sederhana saja, tetapi kebetulan ia bersekolah di SMA unggulan dimana anak-anak dari keluarga Sultan bersemayam di sana.
Sinar mentari terasa terik, rasa panasnya sangat menyengat. Bel pulang sekolah telah berbunyi.
Siska berjalan sendiri, hendak pulang, membelah panasnya cahaya.
"Siska? Mau ikut bareng?" Salah satu teman sekelasnya berhenti di depannya dengan mengendari mobil mewah.
"TAPI BOONG... PA PALE PA PALE ..." Ia tertawa puas, melewati Siska seolah tanpa dosa.
"Cih, sialan. Haruskah aku berhenti sekolah saja?" Siska terlihat geram serta sedih.
Di pertengahan jalan, tepat di taman kota, Siska melihat seorang gadis kecil mengenakan seragam SD nampak dirundung teman-teman sebayanya. Siska awalnya melihat dari kejauhan, tapi Siska memutuskan untuk membantu gadis kecil itu tatkala salah satu temannya meludahi wajahnya.
"Hei, berhenti kalian. Mau kupanggil polisi?"
Siska sedikit membentak 5 anak-anak SD itu. Mereka berlima langsung berlari ketakutan.
"Kau tidak apa-apa?"
Gadis kecil itu menggeleng, tersenyum, "Iya, aku baik-baik saja. Terimakasih sudah membantu, kak." Katanya seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Dimulai dari sini Siska mulai terhentak, 'Bagaimana dia bisa sesabar itu? Bagaimana dia tidak marah?' Pikir Siska.
"Kamu baru pulang sekolah? Aku antar ya." Siska menawarkan bantuan, ia langsung menggenggam tangan gadis itu.
"Itu rumahku, kak. Mampir, yuk." Gadis kecil itu menunjuk sebuah gubuk reyot di pinggir sungai.
Siska mengangguk, ingin melihat lebih dekat rumahnya.
"Kau tinggal di sini?"
"Iya kak. Eh, nenek mana ya? Emm. Mungkin masih di kebun." Gadis kecil itu melongok ke dalam rumah.
"Kakak mau minum?" Katanya.
Siska hampir tidak mendengar perkataan gadis itu. Terhiris hatinya melihat rumahnya, tidak ada perabotan mewah, rumah papan itu hampir roboh, berlantai tanah dan seng sudah menghitam. Air mata Siska hampir menetes, tapi ia tahan.
Gadis kecil itu sudah memberikan air minum untuk Siska, Siska duduk di kursi papan. Berterima kasih.
Siska ingat, dia punya dua bungkus roti di dalam tasnya. Ia memberikan satu roti untuk gadis kecil itu.
"Wah! Terimakasih kak, aku akan makan sebagian, sebagian untuk nenek, kayaknya nenek juga belum makan, deh." Katanya langsung memotong setengah roti.
"Memangnya belum masak di rumah?" Siska kembali bertanya.
Gadis kecil itu menggeleng, "Biasanya nenek masak saat sore." Katanya kembali tersenyum, tanpa beban sedikitpun.
Siska benar-benar tidak percaya, matanya sekarang berlinang, tapi ia mencoba menghapusnya, ia tidak mau menangis di hadapan gadis kecil itu.
"Orangtuamu ke mana?"
"Oh, kalau ibu sudah di surga, kak. Kalau ayah, ia pergi merantau. Sekarang aku hanya bersama nenek."
Siska menatap prihatin wajah gadis kecil tersebut.
"Barusan apa yang dilakukan teman-temanmu?"
"Oh, itu biasa kak. Mereka mau bermain, katanya karena aku miskin, jadi pantas mendapat hal tersebut."
Kali ini air mata Siska jatuh. Itu sama seperti kisahnya, tapi lihatlah, anak kecil itu tegar sekali.
"Kakak kenapa menangis?" Gadis kecil itu menatap wajah Siska.
"Kalau ada masalah kakak jangan Sedih. Allah itu baik kok, setiap hal yang membuat kita sedih pasti ada hadiah di baliknya. Seperti aku sekarang, barusan sedih dirundung teman-teman, tapi melalui kak Siska aku dihibur oleh Allah, dan bisa mendapat Roti." Ia kembali tersenyum.
.
.
Penulis : Ai En Yu
0 Response to "Cerpen : Penghuni Surga"
Post a Comment
Tolong Jangan Melakukan SPAM ya.
KOMENTARLAH SESUAI ARTIKEL DI ATAS :)
TERIMA KASIH
ADMIN
INDRA SAPUTRA