Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat di Indonesia
Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat di
Indonesia – Hai sahabat Segala Fakta, kali ini kita akan membahas tentang
Perkembangan Teknologi dan sistem Kepercayaan Awal Masyarakat di Indonesia.
Langsung dibahas yuk :
Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat di Indonesia |
Baca juga artikel sebelumnya : 11 Fakta Menarik Tentang Klan Uchiha Dalam Anime Naruto
1. Perkembangan Teknologi
Kehidupan manusia makin lama makin berkembang, demikian juga budayanya
termasuk teknologinya. Perkembangan teknologi di Indonesia dikenal dengan masa
perundagian. Suatu kemahiran yang baru pada masa perundagian ialah kepandaian
menuang logam. Teknik peleburan logam merupakan suatu teknik tingkat tinggi,
karena untuk melebur logam dan menjadikan suatu alat, diperlukan cara-cara
khusus yang belum dikenal sebelumnya. Logam harus dipanaskan hinga mencapai
titik leburnya, kemudian dicetak menjadi perkakas-perkakas yang diperlukan.
Sementara zaman logam berkembang di Indonesia, kebudayaan batu tidaklah
punah bahkan keduanya berkembang dan tetap dipergunakan. Dalam perkembangannya
kehidupan masyarakat sudah teratur dan telah mengenal bentuk-bentuk pertama
sistem pemerintahan kerajaan (Prothotype kerajaan). Manusia telah mampu
menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar atau Megalitikum (Mega= besar ;
Lithos = batu). Kedua kata tersebut berasal dari Yunani. Yang dimaksud dengan
bangunan megalit adalah bangunan-bangunan yang dibuat dari batu-batu besar dan
digunakan dalam hubungannya dengan kepercayaan zaman pra sejarah.
Bangunan megalit dibuat dari batu-batu besar yang sering harus
didatangkan dari tempat lain sebelum didirikan di suatu tempat yang dipilih.
Untuk dapat melaksanakan hal tersebut telah dikerahkan sejumlah besar tenaga.
Walaupun pengerahan tenaga didsarkan atas asas gotong royong, tetapi tentunya
hanya dapat dilaksanakan jika pembuatan bangunan itu dirasakan cukup penting
oleh masyarakat. Dalam kenyataanya pembuatna bangunan megalit memang sesuatu
yang menyangkut kepentingan seluruh masyarakat yang membangunnya.
Bangunan-bangunan megalit adalah bangunan-bangunan yang sangat penting pada
masa itu. Bangunan itu dibangun untuk kepentingan penghormatan dan pemujaan
nenkmoyang mereka.
Hasil-hasil budaya megalitikum ialah sebagai berikut :
a. Menhir, yaitu tugu dari batu tunggal. Fungsingya sebagai tanda
peringatan suatu peristiwa atau sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang.
Karena itu menhir dipuja orang. Menhir ditemukan di berbagai tempat di
Indonesia, misalnya di Sumatera selatan, Sulawesi tengah dan Kalimantan.
b. Dolmen, yaitu meja batu, yang fungsinya sebagai tempat meletakkan
sajian untuk pemujaan roh nenek moyang. Jadi dianggap sebagai tempat pemujaan.
Kecuali sebagai meja untuk meletakkan sesaji, ada juga dolmen yang dipergunakan
sebagai peti mayat. Bangunan ini oleh penduduk disebut : “Makam cina”. Pada
temuan dolmen ini terdapat tulang-tulang manusia. Kecuali itu, juga ditemukan
benda-benda lain seperti periuk, gigi binatang, poselin dan pahat dari besi.
Bneda-benda itu dianggap sebagai bekal bagi yang meninggal di dunia baru.
Dolmen banyak ditemukan di jawa Timur, terutama di daerah Bondowoso.
c. Sarkofagus atau Keranda yaitu peti batu besar bentuknya seperti
palung/lesung dan diberitutup. Fungsinya sebagai kuburan atau peti mayat. Di
dalamnya ditemukan tulang-tulang manusia bersama bekal kuburnya. Bekal kubur
ini berupa periuk-periuk, beliung persegi dan perhiasan dan juga benda-benda
perunggu dan besi. Daerah temuan yang paling banyak ialah bali. Hampir di
setiap desa ditemukan sarkofagus. Di Bali, sampai sekarang Sarkofagus masih
dianggap keramat dan dianggap mengandung suatu kekuatan magis.
d. Kubur batu, yaitu kuburan dalam tanah dimana sisi samping, alas dan
tutupnya diberik semacam papan-papan dari batu. Fungsinya untuk mengubur maya.
Hanya bentuknya berbeda dengan dolmen atau sarkofagus. Dolmen dan Sarkofagus
dibuat dari batu utuh yang kemudian dibuat peti. Sedangkan kubur batundari
lempengan batu, yang disusun menjadi peti. Kubur batu ini banyak ditemukan di
daerah kuningan, jawa barat.
e. Punden berundah-undah, yaitu bangunan dari batu yang disusun
bertingkat. Fungsinya sebgai pemujaan roh nenek moyang. Bangunan ini merupakan
prototype (bentuk pendahuluan) dari candi. Punden berundak antara lain
ditemukan di Lebak Sidebug daerah Banten selatan.
f. Arca, yaitu bangunan dari batu.
Ada yang berbentuk manusia dan yang berbentuk binatang (Merupakan
perwujudan dari roh nenek moyang). Arca dari megalitik bentuknya sangat
sederhana dan kasar. Arca yang berbentuk manusia umumnya digambarkan manusia
secara utuh atau setengah badan.
Sedangkan arca-arca yang berbentuk binatang yang digambarkan seperti
gajah, kerbau, harimau dan monyet. Untuk membuat arca dipilih batu yang
bentuknya mirip dengan arca yang akan dibuat. Jadi, tidak banyak dari bagian
batu itu yang dibuang dan bentuk aslinya sering-sering masih jelas. Arca itu
banyak ditemukan di lampung, sumatera selatan, jawa tengah dan jawa timur.
Salah satu yang terkenal ialah batu gaja, yaitu sebuah patung batu besar dengan
gambaran seseorang yang sedang menunggang gajah.
Demikianlah berkaitan dengan latar belakang kepercayaan akan kehidupan
di akhirat dan alam pikiran yang mendasarkan pemujaan nenek moyang di akhirat
dan alam pikiran yang mendasarkan pemujaan nenk moyang, terwujudlah berbagai
macam bangunan yang kita sebut hasil-hasil kebudayaan Megalitikum.
Berkaitan dengan perkembangan teknologi, dalam kehidupan masyarakat juga
telah mengenal teknik-teknik pengolahan logam (perunggu dan besi). Tempat untuk
mengolah logam dikenal dengan nama perundagian, dan orang yang ahli
mengerjakannya dikenal dengan sebutan undagi (tukang) itulah sebabnya zaman
perundagian biasa disebut juga zaman kemahiran teknologi.
Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat di Indonesia |
Adapun cara pembuatannya ada dua teknik, yaitu :
a. Teknik Bivolve, yaitu cetakan yang terdiri dari dua bagian, kemudia
diikat dank e dalam rongga dalam cetakan itu dituangkan perunggu cair. Cetakan
tersebut kemudian dilepas dan jadilah barang yang dicetak.
b. Teknik s Cire Perdue (membuat model benda dari lilin). Benda yang
akan dicetak dibuat dari lilin atau sejenisnya, kemudian dibungkus dengan tanah
liat yang diberi lubang. Setelah itu dibakar, maka lilin akan melelh. Rongga
bekas lilin tersebut diisi dengan cairan perunggu, sesudah dingin perunggu
membeku dan tanah liang dibuang maka jadilah barang yang dicetak.
Zaman logam dibagi menjadi tiga zaman, yakni :
a. Zaman Tembaga
Pada masa ini manusia sudah mampu mengolah logam tembaga yang sesuai dengan
bentuk=bentuk peralatan yang dibutuhkannya, seperti periuk, belanga dan
sebagainya.
b. Zaman Perunggu
Pada masa ini manusia sudah mampu membuat peralatan dari perunggu.
Perunggu merupakan loga campuran antara tembaga dengan timah.
c. Zaman besi
Pada masa ini, alat-alat kehidupan manusia sudah meningkat lagi,
disamping dibuat dari tembaga dan perunggu banyak sudah yang terbuat dari besi.
Manusia telah dapat melebur biji-biji besi dalam bentuk alat-alat yang sesuai
dengan kebutuhannya, seperti mata kapak, mata pisau, tombak , cangkul dan
sebagainya.
Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan
Awal Masyarakat di Indonesia
Hasil-hasil kebudayaan perunggu
diantaranya :
1. Nekara Perunggu
Nekara adalah semacam gendering dari perunggu yang berpinggang di bagian
tengahnya dan sisi atasnya tertutup, jadi kira-kira sama dengan dandang yang
ditelungkupkan. Nekara yang ditemukan di Indonesia ada yang mempunyai ukuran
besar dan ukuran kecil. Nekaray ang ditemukan di Pejeng, Bali adalah nekara
dalam ukuran besar. Nekara ini bergaris tengah 160 cm dan tinggi 186 cm. Benda
ini sekarang disimpan di Pura Panataran-sasih, Gianyar, Bali. Nekara ini sangat
dipuja oleh masyarakat. Tidak semua orang dan setiap waktu orang bisa
melihatnya karena nekara ini dianggap barang suci, yang hanya dipergunakan
waktu upacara-upacara saja, yaitu dengan cara ditabuh untuk memanggil arwah
atau roh nenek moyang.
Nekara perunggu banyak ditemukan di Sumatera, jawa, bali, pulau sangean
dekat Sumbawa, Roti, Leti, Selayar dan kepulauan Kei. Di Alor banyak pula
terdapat nekara, tetapi lebih kecil dan ramping daripada yang ditemukan di lain
tempat. Nekaran yang demikian itu, biasa disebut moko, dan sangat dihargai
penduduk sebagai barang pusaka atau mas kawin.
Hiasan-hiasan pada nekara itu sangat indah berupa garis-garis lurus dan
bengkok, pilin-pilin dan gambar geometris lainnya, binatang-binatang (burung,
gajah,merak, kuda rusa), rumah, perahu, orang=orang berburu, tari-taran, dan
lain-lain. Dari berbgai lukisan kita mendapat gambaran tentang penghidupan dan
kebudayaan yang ada pada masa itu.
Pada nekara dari Sangean ada gambar orang menunggang kuda beserta
pengiringnya, keduanya memakai pakaian Tartar. Gambar-gambar orang Tartar ini
memberi petunjuk akan adanya hubungan dengan daerah tiongkok. Pengaruh-pengaruh
dari zaman itu kini masih nyata pada seni hias suku bangsa dayak dan Ngada
(flores).
Dengan ditemukannya cetakan Nekara yang terbuat dari batu di desa
Manuaba (Bali), maka dapat disimpulkan bahwa tidak semua Nekara itu berasal
dari luar Indonesia.
2. Kapak Corong
Kapak corong bentuk bagian tajamnya seperti kapak batu, hanya bagian
tangkainya berbentuk corong. Maka, kapak ini disebut juga kapak corong atau
kapak sepatu. Kapak corong ditemukan di sumatera selatan, jawa, bali, Sulawesi
tengah, dan selatan, pulau selayar dan irian dekat danau sentani. Bentuk kapak
ini sangat banyak, jinisnya ada yang kecil, ada yang besar disertai hiasan, ada
yang pendek lebar, ada yang bulat, dan ada pula yang panjang satu sisinya.
Kapak corong yang memiliki panjang satu sisi dsebut candrasa, bentuknya
sangat indah dan penuh hiasan. Fungsinya sebagia tanda kebesaran dan alat
upacara keagamaan. Kadang-kadang kapak tersebut dihiasi gambar-gambar mata yang
oval atau juga dengan ragam hias garis-garis geometris dan pilin berganda
(double spiral).
3. Bejana Perunggu
Bejana ditemukan di Tepi Danau Kerinci dan di Madura bentuknya seperti
periuk, tetapi langsung dan gepeng. Keduanya mempunyai hiasan yang serupad dan
sangat indah berupa gambar-gambar geometrid an pilin-pilin yang mirip huruf J.
Pada bejana di Madura dihiasi dengan gambar burung merak dan rusa dalam
kotak-kotak segitiga. Selain di Madura dan kerinci,Bejana seperti ini juga
ditemukan di Pnom Penh (kamboja), maka tidak dapat disanksikan lagi bahwa
kebudayaan logam di Indonesia memang termasuk satu golongan kebudayaaan logam
asia yang berpusat di dongson itu. Itulah sebabnya, zaman perunggu di Indonesia
ini lebih dikenal dengan nama kebudayaan dongson.
4. Arca-Arca Perunggu
Arca perunggu yang ditemukan berupa arca yang menggambarkan orang yang
sedang menarik, berdiri, naik kuda, dan ada yang sedang memegang panah. Ada
juga yang menggambarkan binatang antara kuda dan kerbau, tetapi semua arca
bentuknya kecil-kecil, yaitu berukuran 5-15 cm. Arca tersebut ditemukan di
Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor dan Palembang.
5. Perhiasan Perunggu
Selain kapak Corong dan Nekara banyak pula benda-benda lainnya dari
zaman perunggu yang didapatkan, sebagian besar berupa barang-barang perhiasan,
seperti gelang, binggel (gelang kaki), anting-anting, kalung, dan cincin.
Benda-benda itu ditemukan di bogor, Bali dan Malang. Banyak perhiasan yang
ditemukan sebagai bekal kubur.
Di samping benda-benda perunggu, zaman logam juga menghasilkan
barang-barang dari besi meskipun jumlahnya tiak banyak. Jenis barang-barang
besi yang dibuat pada zaman logam antara lain kapak, sabit, pisau, tembilang,
pedang,cangkul dan tongkat.
Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan
Awal Masyarakat di Indonesia
2. Sistem kepercayaan
Sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia, maka masyarakat Indonesia
sebelum adanya pengaruh Hindu-Budha juga telah mempercayai adanya kekuatan di
luar diri mereka. Hal ini juga tidak terlepas dari kehidupan mereka.
Mereka hidup dari berladang dan bersawah. Dalam mengolah/mengerjakan
ladang atau terutama sawah harus ada kerjasama diantara mereka, seperti gotong
royong membuat parit, membuat pintu air, bahkan mendirikan rumah. Kehidupan ini
hanya dapat berjalan dalam masyarakat yang sudah teratur, yang telah mengetahui
hak dan kewajibannya. Ini berarti telah da organisasi dan yang menjadi pusat
organisasi ialah desa da ada aturan-aturan yang harus dipatuhi bersama.
Kepentingan desa berarti kepentingan bersama. Dalam suasana untuk saling
memahami, saling menghargai, tolong menolong dan bertanggung jawab, maka
muncullah faktor baru, yakni pemimpin (ketua desa/datuk). Yang memegang
pimpinan adalah ketua adat, yang dianggap memiliki kelebihan dari yang lain. Ia
harus melindungi anggotanya dari serangan kelompok lain, atau ancaman binatang
buas sehingga tercipta kemakmuran, kesejahteraan dan ketentraman. Pemimpin
bekerja untuk kepentingan seluruh desa, maka masyarakat berhutang budi kepada
pemimpinnya. Sifat kerja sama antara rakyat dan pemimpinnya membentuk persatuan
yang kuat, memunculkan kepercayaan, yakni memuja roh nenek moyang, memuja roh
jahat dan roh baik bahkan mereka percaya bahwa tiap-tiap benda memiliki roh.
Dengan demikian muncullah animism, dinamisme dan Totemisme.
Demikianlah Artikel tentang Perkembangan Teknologi dan Sistem
Kepercayaan Awal Masyarakat di Indonesia. Semoga bermanfaat.
0 Response to "Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat di Indonesia"
Post a Comment
Tolong Jangan Melakukan SPAM ya.
KOMENTARLAH SESUAI ARTIKEL DI ATAS :)
TERIMA KASIH
ADMIN
INDRA SAPUTRA