Penginderaan Jauh | Hakikat Penginderaan Jauh | Sistem Penginderaan jauh
Penginderaan Jauh | Hakikat Penginderaan Jauh | Sistem Penginderaan jauh - Hai sahabat Segala Fakta, kali ini kita akan belajar tentang Penginderaan Jauh | Hakikat Penginderaan Jauh | Sistem Penginderaan jauh :
Penginderaan Jauh : Sumber Foto : wikipedia |
A. Hakikat Penginderaan Jauh
Penginderaan Jauh atau disingkat inderaja, berasal dari bahasa inggris yaitu remote
sensing. Pada awal perkembangannya, inderaja hanya merupakan teknik yang
dikembangkan untuk memperoleh data di permukaa bumi. Akan tetapi, seiring
dengan perkembangan iptek, ternyata inderaja seringkli berfungsi sebagai suatu
ilmu. Everett dan simonerr mengemukakan bahwa hakikat penginderaan jauh sebagai
suatu ilmu, karena terdapat suatu sistematika tertentu untuk dapat menganalisis
informasi tentang permukaan bumi. Ilmu ini harus dikoordinasi dengan beberapa
pakar ilmu lain seperti ilmu geologi, tanah, perkotaan dan sebagainya.
Adapun ahli lainnya, yaitu Lillesand and kiefer (1990),
berpendapat bahwa penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dnegan objek daerah, atau
fenomena yang dikaji.
Maksud dari alat yang tidak kontak langsung ialah alat yang
digunakan pada perekaman objek tidak terdapat di permukaan bumi. Alat tersebut
berada di angkasa maupun luar angkasa. Alat tersebut dinamakan sensor. Untuk
membantu sensor berada di angkasa pada saat perekaman objek dinamakan wahana.
Wahana yang digunakan seperti satelit, pesawat udara, balon udara, gantole dan
sebagainya. Sensor menghasilkan data yang dinamakan citra. Hasil perekaman
objek pada citra ialah berupa foto udara dan foto serta citra satelit.
Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari
suatu objek yang diamati, hasil liputan dan atau rekaman suatu alat pemantau.
Misalnya, memotret bunga di taman. Foto bunga yang berhasil kita buat itu
merupakan citra bunga tersebut.
Menurut Hornby, citra adalah gambaran yang terekam oleh
kamera atau alat sensor lain. Adapun menurut simonett, dan kawan-kawan, citra
adalah gambar rekaman suatu objek (biasanya berupa gambaran dan foto) yang
diperoleh dengan cara optic, elektroptik, optik-mekanik, atau elektromekanik.
Di dalam bahasa inggris terdapat dua istilah, yaitu “image’
dan “imagery”, yang berarti citra dalam bahasa Indonesia. Data citra masih
merupakan data mentah. Agar dapat dimanfaatkan, maka citra harus
diinterprestasikan atau diterjemahkan atau ditafsirkan terlebih dahulu.
Penggunaan jasa penginderaan jauh meningkat dengan pesat
pada lima dasawarsa terakhir. Hal tersebut didasarkan pada beberapa alasa,
antara lain sebagai berikut :
1. Hasil penginderaan jauh dapat mengambarkan objek
permukaan bumi yang relatif menyerupai, lengkap dan dapat meliputi daerah yang
luas
2. Dapat diinterprestasi secara tiga dimensi dengan bantuan
alat stereoskop
3. Objek yang tampak dapat diwujudkan dalam bentuk hasil
penginderaan jauh, terutama dengan bantuan gelombang inframerah ternal yang
digunakan pada saat perekaman.
4. Data yang dihasilkan relative cepat dan menjangkau
daerah-daerah yang sulit dijelajahi melalui jalur datar.
5. Dapat menginterprestasi daerah bencana dan kandungan
sumber daya alam suatu daerah.
6. Hasil penginderaan jauh dapat dibuat ulang dalam waktu
singkat.
Mengapa penginderaan jauh dipelajari dalam geografi?
Penginderaan jauh merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan data permukaan
bumi. Data tentang permukaan bumi merupakan objek kajian ilmu geografi. Dengan
demikian, penginderaan jauh sangat diperlukan dalam ilmu geografi.
B. Sistem Penginderaan jauh
Penginderaan Jauh | Hakikat Penginderaan Jauh | Sistem Penginderaan jauhPenginderaan Jauh | Hakikat Penginderaan Jauh | Sistem Penginderaan jauh : Sumber Foto : http://xtinachynie.blogspot.co.id |
Penginderaan Jauh merupakan suatu sistem yang terdiri atas
beberapa komponen. Komponen-komponen dan interaksi antarkomponen dalam sistem
penginderaan jauh akan diuraikan sebagai berikut :
1. Tenaga untuk penginderaan jauh
Pengumpulan data dalam penginderaan jauh dilakukan dari
jarak jauh dengan menggunakan sensor buatan. Untuk itu, diperlukan tenaga
penghubung yang membawa data tentang objek ke sensor. Data tersebut dikumpulkan
dan direkam dengan (3) tiga cara, dengan variasi sebagai berikut :
a. Distribusi (force)
Contoh, Gravitometer
mengumpulkan data yang berkaitan dengan gaya tarik bumi.
b. Distribusi gelombang bunyi
Contoh, sonar digunakan untuk mengumpulkan data gelombang suara
dalam air
c. Distribusi gelombang elektromagnetik
Contoh, kamera untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan
pantulan sinar.
Gambaran objek permukaan bumi merupakan hasil interaksi
antara tenaga dan objek yang direkam. Tenaga yang dimaksud ialah radiasi
matahari, tetapi jika perekaman tersebut dilakukan pada malam hari dibuat
tenaga buatan yang dikenal sebaga tenaga pulsa.
Penginderaan jauh yang menggunakan tenaga buatan disebut
sistem aktif. Hal ini didasarkan karena pada saat perekaman pada malam hari
diperlukan bantuan tenaga. Proses perekaman objek tersebut melalui pancaran
tenaga babtyab tebaga. Proses Prekeman objek tersebut melalui pancaran yang
disebut tenaga pulsa berkecepatan tinggi, karena pada saat pesawat bergerak
tenaga pulsa yang dipantulkan objek direkam. Oleh karena tenaga pulsa memantul,
pantulan yang tegak lurus memantulkan tenaga yang banyak, sehingga rona yang
terbentuk akan berwarna gelap. Sementara tenaga pantulan pulsa radar relative
kecil, sehingga rona yang terbentuk akan cerah. Sensor yang tegak lurus dengan
objek (membentuk objek gelap) disebut near range, sedangkan yang membentuk
sudut jauh dari pusat perekaman disebut far range.
Sumber tenaga yang digunakan dalam penginderaan jauh yaitu
matahari, sebagai sumber untama tenaga elektromagnetik alami yang digunakan
pada teknik pengambilan data objek. Penginderaan jauh dengan memanfaatkan
tenaga alamiah disebut penginderaan jauh sstem pasif. Radiasi matahari yang
terpancar ke segala arah, terurai menjadi berbagai panjang gelombang : mulai
dari panjang gelombang dengan unit terkecil (pikometer) dengan unit terbesar
(kilometer).
Tenaga ini mengenai objek di permukaan bumi, kemudian
dipantulkan ke sensor. Ia juga dapat berupa tenaga dari objek yang dipancarkan
ke sensor. Jumlah tenaga matahari yang mencapai bumi (Radiasi) dipengaruhi oleh
waktu (jam, musim), lokasi dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang diterima pada
siang hari lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah uang diterima pada pagi
dan sore hari. Kedudukan matahari terhadap tempat di bumi berubah sesuai
perubahan musim.
2. Atmosfer
Atmosfer bersifat selektif terhadap panjang gelombang,
sehingga hanya sebagian kecil saja tenaga elektromagnetik yang dapat mencapai
permukaan bumi dan dimanfaatkan untuk penginderaan jauh. Bagian spectrum
elektromagnetik yang mampu melalui atmosfer dan dapat mencapai permukaan bumi
disebut “jendela atmosfer”. Jendela atmosfer yang paling awal dikenal orang dan
paling banyak digunakan dalam penginderaan jauh hingga sekarang ialah spectrum
tampak yang dibatasi oleh gelombang 0,4 hingga 0,7.
Tenaga elektomagnetik dalam jendela atmosfer tidak dapat
mencapai permukaan bumi secara utuh, karena sebagian mengalami hambatan oleh
atmosfer. Hambatan ini terutama disebabkan oleh butir-butir yang ada di
atmosfer seperti debu, uap air, dan gas. Proses penghmabatannya terjadi dalam
bentuk serapan, pantullan dan hamburan.
3. Sensor
Sensor adalah alat yang digunakan untuk melacak, mendeteksi,
dan merekam suatu objek dalam daerah jangkauan tertentu. Tiap sensor memiliki
kepekaan tersendiri terhadap bagian spectrum elektromagnetik.
Kemampuan sensor untuk mereka gambar terkecil disebut resolusi spasial.
Semakin kecil objek yang dapat direkam oleh sensor, semakin baik kualitas
sensor itu, dan semakin baik resolusi spasial citra.
Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan ke dalam
sensor fotografi dan sensor elektronik.
1. Sensor Fotografik
Proses perekamannya berlangsung secara kimiawi. Tenaga
elektromagnetik diterima dan direkam pada emulsi film yang bila b akan menghasilkan foto. Apabila pemotretan
dilakukan dari pewasat udara atau wahana lainnya, foto disebut foto udara. Tapi
bila pemotretan dilakuan dari antariksa, atau menggunakan satelit, fotonya
disebut citra satelit atau foto satelit.
2. Sensor elektronik
Sensor ini menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk sinyak
alektrik. Alat penerima dan perekamannya nberpuapita magnetic atau detector lainnya.
Sinyal elektrik yang direkam pada pita magnetic ini kemudian diproeses menjadi
data visual maupun data digital yang siap dikomputerkan. Pemerosesan agar
menjadi citra dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. dengan memotret data yang direkam menggunakan pita magnetic
yang diwujudkan secara visual pada layar monitor.
b. Dengan memotret data menggunakan film perekam khusus.
Hasilna berupa foto dengan film sebagai alat perekamnnya, tapi film disini
hanya berfungsi sebagai alat perekam saja, sehingga hasilnya disebut citra
penginderaan jauh.
4. Wahana
Kendaraan yang membawa alat pemantau dinamakan wahana.
Berdasarkan ketinggian peredaran atau tempat pemantauannya, wahan di angkasa
dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Pesawat terbang rendah medium (low to medium altitude
aircraft). Dengan ketinggian antara 1000 meter sampai 9000 meter dari permukaan
bumi. Citra yang dihasikan ialah citra foto (foto udara).
2. Pesawat terbang tinggi (high altitude aircraft), dengan
ketinggian sekitar 18.000 meter dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan yaitu
foto udara dan multispectral scanner data.
3. Satelit, dengan ketinggian antara 400 km sampai dengan
900 km dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan ialah citra satelit.
5. Perolehan data
Perolehan data dapat dilakukan dengan cara maual, yaitu
dengan interprestasi secara visual. Selain itu, dapat pula dengan cara numeric atau
digital yaitu dengan menggunakan computer. Foto udara pada umumnya diinterprestasi secara manual, sedangkan data
hasil penginderaan jauh secara elektronik dapat diinterprestasi secara manual
maupun numerik.
Interprestasi citra
Di dalam penginderaan jauh, interprestasi citra merupakan
langkah yang harus dilakukan agar kita mendapatkan informasi dari citra untuk
dimanfaatkan. Menurut Este dan Simonett (1975), interprestasi citra merupakan
perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi
objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Jadi, di dalam interprestasi
cita, penafsir mengkaji citra dan berupa mengenali objek melalui tahapan
kegiatan deteksi, identifikasi dan analisis.
1. Deteksi
Deteksi adalah usaha penyadapan data secara global, baik
yang tampak maupun yang tidak tampak. Di dalam deteksi ditentukan ada tidaknya
suatu objek. Misalnya, objek berupa savana.
2. Identifikasi
Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali objek yang
tergambar pada citra. Objek ini dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam
oleh sensor dengan menggunakan alat
stereoskop. Ada tiga ciri utama yang dapat dikenali, yaitu ciri spectral, ciri
spasial, dan ciri temporal.
a. Ciri spektral, merupakan ciri yang dihasilkan oleh
interaksi antara tenaga elektromagnetik dengan objek. Ciri spectral dinyatakan
dengan rona dan warna. Rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan objek pada
citra. Adapun faktor yang mempengaruhi rona antara lain:
1. Karakteristik objek (permukaan kasar atau halus)
2. Bahan yang digunakan (jenis film yang digunakan)
3. Pemrosesan emulsi (diproeses dengan hasil redup, setengah
redup dan gelap)
4. Keadaan cuaca (cerah atau mendung)
5. Letak objek (pada lintang rendah atau tinggi)
6. Waktu pemotretan (penyinaran pada bulan juni atau
desember)
b. Ciri spasial, merupakan ciri yang terkait dengan ruang
yang meliputi
1. Tekstur
2. Bentuk
3. ukuruan
4. Pola atau susunan keruangan
5. Situs
6. Bayangan
7. Asosiasi
C. Ciri temporal
Ciri temporal adala
ciri yang terkait dengan benda pada saat perekaman. Misalnya ; rekaman sungai
pada saat musim hujan tampak cerah, sedangkan pada saat musim kemarau tampak
gelap.
Pada dasarnya interprestasi citra terdiri atas dua kegiatan
utama, yaitu perekaman data citra dan penggunaan datanya untuk tujuan tertentu.
Perekaman data citra berupa pengenalan objek dan unsure yang tergambar pada
citra serta penyajiaannya ke dalam bentuk table, grafik dan peta tematik.
Urutan kegiatan melalui tahapan berikut :
a. Menguraikan atau memisahkan objek yang memiliki rona
berbeda
b. Ditarik garis batas/deliniasi bagi obejk yang memiliki
rona sama
c. Setiap objek dikenali berdasarkan karakteristik spasial
dan unsur temporalnya.
d. Objek yang sudah dikenali, diklasifikasi sesuai dengan
tujuan interprestasinya
e. Digambarkan ke dalam peta kerja atua peta sementara
f. Untuk menjaga ketelitian dan kebenarannya, dilakukan pengecekan
medan (lapangan)
g. Interprestasi akhir berupa pengkajian atas pola atau
susunan keruangan (obek)
i. Dipergunakan sesuai tujuannya.
Untuk penelitian murni, kajiannya diarahkan pada penyusunan
teori, dan analisisnya digunakan untuk penginderaan jauh; sedangkan untuk
penelitian terapan, data yang diperoleh dari citra digunakan untuk analisis
dalam bidang tertentu.
Pengenalan objek dalam menginterprestasi citra merupakan
bagian yang sangat penting. Tanpa pengenalan identitas dan jenis objek, maka
objek yang tergambar pada citra tidak mungkin dianalisis. Prinsip pengenalan
objek pada citra didasarkan pada penyelidikan karakteristiknya pada citra.
Selain delapan unsur di atas (rona, tekstur, bentuk, ukuran,
pola, situs, bayangan dan asosiasi) dalam menginterprestasi citra, juga tidak
kalah pentingnya mengenal bentuk fisik foto udara dan menentukan skalanya.
Bentuk fisik foto udara adalah persegi dengan ukuran standar
23 cm x 23 cm. Setiap lembaran foto udara memiliki beberapa informasi tepi,
yaitu sebagai berikut :
1. Tanda fiducial, yaitu titik lengah pada setiap tepi foto
udara
2. Titik principal, yaitu representasi dari posisi kamera
yang tegak lurus terhadap objek permukaan bumi. Titik principal merupakan titik
tengah yang diperoleh dar pertemuan garis lurus yang ditarik dari setiap titik
fiducial.
3.waterpass, untuk mengetahui tegak atau miringnya objek
yang direkam. Jika dalam informasi waterpas terlihat lebih kecil dari angka 3,
foto udara dianggap tegak.
4. Jam terbang, yaitu informasi tentang waktu pemotretan dilakukan.
Jam terbang dapat menunjukkan arah mata angin dari foto udara
5. Fokus kamera, yaitu untuk mengetahui panjang focus kamera
yang digunakan dalam menghitung skala foto udara. Fokus udara dinyatakan dalam
satuan militer.
6. Altimeter, yaitu informasi untuk mengetahui ketinggian
pesawat pada objek yang dipotret. Satuan yang digunakan yang digunakan yaitu
meter dan kilometer.
7. Informasi lembaga, yaitu nama lembaga yang melakukan
pemotretan.
8. Nomor foto udara, yaitu untuk menyatakan lembar atau
jalur terbang daerah pemotretan.
Penentuan skala pada foto udara, dapat diformulasikan
melalui rumus :
Keterangan :
S = Skala foto udara
F = Fokus kamera
H =
Tinggi pesawat
h = tinggi objek
Contoh :
Perekaman objek dengan menggunakan kamera
yang memiliki panjang focus 14, 7 mm (f). Tinggi terbang pesawat 7000 meter di
atas permukaan laut (H) dan ketinggian objek 1200 meter di permukaan laut (h).
Berapakah skala foto udara tersebut?
Jawab :
Perhitungan skala di atas, dilakukan dengan membandingkan
panjang focus dengan tinggi terbang dari objek. Tetapi bila pada foto udara
tdak dicantumkan ketinggian terbang, maka perhtungan skala dapat ditentukan
dengan membandingkan jarak di foto udera dengan jarak datar di lapangan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan ;
S = Skala foto udara
Jf = jarak di foto
Jl = Jarak datar di lapangan
6. Pengguna data
Pengguna data (orang, badan atau
pemerintah) merupakan komponen paling penting dalam penginderaan jauh. Karena,
para penggunalah yang dapat menentukan diterima atau tidaknya hasil
penginderaan jauh tersebut. Data yang dihasilkan mencakup wilayah dan sumber
daya alam suatu Negara, sehingga merupakan data yang sangat penting untuk orang
banyak. Oleh karena itu, data ini perlu dijaga penggunanya.
0 Response to "Penginderaan Jauh | Hakikat Penginderaan Jauh | Sistem Penginderaan jauh"
Post a Comment
Tolong Jangan Melakukan SPAM ya.
KOMENTARLAH SESUAI ARTIKEL DI ATAS :)
TERIMA KASIH
ADMIN
INDRA SAPUTRA