Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri | Keterkaitan Sarana Transportasi dengan Aglomerasi Industri
Faktor Penyebab
Gejala Aglomerasi Industri - Setelah mempelajari Pengelompokkan Kecendrungan Industri berdasarkan Jenis Industri, berikut kita mempelajari Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri. Lokasi
Industri merupakan suatu tempat atau wilayah di permukaan bumi dengan segala unsur-unsurnya,
baik unsur fisik maupun sosial yang memberikan kontribusi terhadap kelancaran
dan perkembangan kegiatan industri secara optimal dari segi ekonomi.
Unsur-unsur tersebut merupakan faktor lokasi yang meliputi bahan mentah atau
bahan baku, modal, tenaga kerja, sumber energy, transportasi, pasar, teknologi,
iklim, sumber air, perautan dan perundang-undangan.
Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri |
Faktor-faktor tersebut perlu diperhitungkan, Mengingat tidak semua unsure yang mendukung
kegiatan industri tersedia dan mudah diperoleh di suatu tempat. Apabila suatu
industri didukung oleh faktor-faktor tersebut secara lengkap maka kegiatan
industri tersebut akan menguntungkan. Pada kenyataanya, lokasi industri yang
ideal (yang memenuhi semua persyaratan) jarang ditemukan. Karena itu,
penempatan lokasi industri harus memilih diantara tempat-tempat yang paling
menguntungkan.
Akibat adanya kerterbatasan dalam pemilihan lokasi yang
ideal maka sangat dimungkinkan akan munculnya pemusatan atau terkonsentrasinya
industri pada suatu wilayah tertentu yang dikenal dengan istilah aglomerasi
industri. Misalnya, industri garmen, industri konveksi, dan industri kerjainan
dibangun di suatu tempat yang berdekatan dengan pusat pemukiman penduduk ;
Industri berat yang memerlukan bahan mentah, seperti batu bara dan besi baja,
penentuan lokasi pabriknya cenderung mendekati sumber bahan mentah.
Pemusatan Industri dapat terjadi pada suatu tempat
terkonsentrasinya beberapa faktor yang dibutuhkan dalam kegiatan industri.
Misalnya bahan mentah, energy, tenaga kerja, pasar, kemudahan dalam perizinan,
pajak yang relative murah, dan penanggulangan limbah merupakan pendukung
aglomerasi industri.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, terjadinya aglomerasi
industri antara lain :
1. Terkonsentrasinya beberapa faktor produksi yang
dibutuhkan pada suatu lokasi
2. Kesamaan lokasi usaha yang didasarkan pada salah satu
faktor produksi tertentu
3. Adanya wilayah pusat pertumbuhan industri yang
disesuaikan dengan tata ruang dan fungsi wilayah
4. Adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan bidang
pelayanan industri lainnya yang lengkap
5. Adanya kerja sama dan saling membutuhkan dalam
menghasilkan suatu produk
Aglomerasi industri yang muncul di suatu kawasan, dapat diakibatkan
oleh faktor alamiah dan dapat juga diakibatkan secara disengaja dengan
perencanaan yang matang. Aglomerasi industri yang terbentuk secara alamiah
yaitu apabila pemusatannya diakibatkan secara kebetulan karena lokasi tersebut
memiliki beberapa faktor yang menunjang dan dibutuhkan dalam proses
perkembangan industri. Aglomerasi yang terbentuk secara disengaja, yaitu karena
berdasarkan hasil perencanaan tata ruang yang dilengkapi berbagai kebutuhan
yang menunjang dalam proses perkembangan industri.
Faktor Penyebab
Gejala Aglomerasi Industri -
Model Aglomerasi industri yang berkembang akhir-akhir ini,
dapat dikategorikan menguntungkan, diantaranya :
1. Mengurangi pencemaran atau kerusakan lingkungan, karena
terjadi pemusatan kegiatan sehingga memudahkan dalam penangannya.
2. Mengurangi kemacetan di perkotaan, karena lokasinya dapat
disiapkan di sekitar pinggiran kota.
3. Memudahkan pemantauan dan pengawasan, terutama industri
yang tidak mengikuti ketentuan yang telah disepakati.
4. Tidak menganggu rencana tata ruang
5. Dapat menekan biaya transportasi dan biaya produksi
serendah mungkin.
Di dalam aglomerasi industri dikenal istilah kawasan
industri atau sering disebut industrial estate, yaitu kawasan atau tempat
pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan saran dan
prasarana, misalnya : Lahan dan lokasi yang strategis. Selain itu, terdapat
pula fasilitas penunjang lain, misalnya listrik, air, telepon, jala, dan tempat
pembuangan limbah, yang telah disediakan oleh perusahaan pengelola kawasan
industri.
Pada awalnya, fasilitas penunjang kegiatan industri pada
kawasan aglomerasi industri hanya dikuasai oleh pemerintah. Tetapi, sekarang
perusahaan swasta sudah diberikan wewenang untuk mengelolanya. Tujuan
dibentuknya suatu kawasan industri (Aglomerasi yang disengaja), antara lain
untuk mempercepat pertumbuhan industri, memberikan kemudahan bagi kegiatan
industri, mendorong kegiatan industi agar terpusat dan berlokasi di kawasan
tersebut, dan menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan.
Misalnya : Beberapa kawasan industri di Indonesia, antara lain medan, Cilegeon
(Banten), Pologadung (Jakarta), Cikarang (Bekasi), Cilacap (Jateng), Rungkut
(Surabaya), dan Makassar.
Selain kawasan Industri, dikenal juga istilah kawasan
berikat (Bonded Zone). Kawasan berikat (Bonded Zone) merupakan suatu kawasan
dengan batas tertentu di dalam wilayah pabean yang di dalamnya diberlakukan
ketentuan khusus di bidang pabean. Ketentuan tersebut antara lain mengatur
lalau lintas pabean dari luar daerah atau dari dalam pabean Indonesia lainnya
tanpa terlebih dahulu dikenakan bea cukai atau pungutan Negara lainnya, sampai
barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor dan ekspor. Kawasan berikat
berfungsi sebagai tempat penyimpanan, penimbunan, dan pengolahan barang yang
berasal dari dalam atau luar negeri. Contoh kawasan berikat, yaitu PT Kawasan
Berikat Indonesia meliputi Tanjung Priok, Cakung dan Batam.
-
Faktor
Penyebab Gejala Aglomerasi Industri
Sehubungan dengan kawasan berikat, juga terdapat istilah
industri berikat (Industrial Linkage), yaitu beberapa industri yang memiliki
keterikatan ke dalam suatu industri utama. Keterikatan antara satu industri
dengan industri lainnya dapat terjalin dari elemen-elemen (Lahan, modal, mesin,
tenaga kerja, informasi, pasar, transportasi, dan unsur lainnya) yang terkait
dengan pengoprasian industri. Sedikitnya ada empat jenis keterkaitan yang
menyebabkan terjadinya industri berikat, yaitu :
1. Keterkaitan produk
2. Keterkaitan Jasa
3. Keterkaitan Proses
4. Keterkaitan subkontrak
Sebagai contoh industri berikat yaitu industri garmen. Dalam hal ini garamen sebagai industri
utamanya. Sedangkan di sekitar industri garmen tersebut akan dikelilingi oleh
industri-industri lain yang berfungsi sebagai penunjang, misalnya : Industri
tekstil, industri kancing, reslasting, dan asesoris lainnya. Adanya keterkaitan
antara industri yang berada pada suatu tempat tidak hanya dapat menekan biaya
transport, tetapi juga dapat mendukung pertumbuhan dan keberlangsungan
industri-industri tersebut.
Keterkaitan Sarana Transportasi dengan Aglomerasi Industri
Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam
kehidupan manusia selama ini. Manusia sebagai makhluk dinamis, senantiasa terus
bergerak dan berusaha dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Awal
kehidupan manusia, hanya memiliki ruang gerak yang terbatas untuk memenuhi
kebutuhan primer saja (makan dan minum), seperti melalui kegiatan berburu,
meramu dan sistem pertanian berpindah-pindah(normad). Kebiasaan ini berjalan
cukup lama dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses
kehidupan tersebut merupakan pendidikan dan pembelajaran seiring dengan terus
meningkatnya jumlah populasi manusia dan terus meningkatnya kebutuhan hidup.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup pada kondisi jumlah penduduk
yang semakin padat maka mulai ditemukan berbagai temuan baru dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang menunjang percepatan pemenuhan kebutuhan
tersebut. Hasil perkembangan iptek tersebut diantaranya dalam bidang
transportasi.
Aktivitas ekonomi sekarang ini, baik yang berhubungan dengan
pertanian, perdagangan, jasa maupun industri, kelangsungannya tidak terlepas
dari transportasi. Di Negara-negara maju, misalnya : Di eropa dan amerika,
lengkapnya sarana dan prasarana transportasi telah mendukung keberhasilan
sebagai Negara-negara industri. Pada Negara-negara yang hanya memiliki beberapa
jala raya, pertukarang barang terjadi dalam skala kecil dan kebanyakan
merupakan produk local. Seandainya, sarana dan prasarana transportasi
dikembangkan, keuntungan akibat pertukaran barang dapat ditingkatkan. Sebagai
contoh di perancis, awalnya kebanyakan petani menanam anggur karena dianggap
lebih berharga dan sangat menguntungkan, sedangkan kebutuhan akan gandum lebih
baik didatangkan dari Negara lain. Dengan demikian, transportasi merupakan
fasilitas yang memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk menggerakkan dan
menunjang aktivitas masyarakat, barang dan jenis lainnya yang dianggap berharga
oleh masyarakat dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Keberadaan transportasi di permukaan bumi memiliki
keterkaitan yang sangat erat dengan keadaan populasi penduduk. Hal ini, dapat dilihat dari semakin
bertambahnya jumlah penduduk di suatu tempat, pergerakan (mobilitas) pun
semakin kompleks di tempat tersebut. Beberapa alasan yang menyebabkan
berkembangnya sistem transportasi dari waktu ke waktu, antara lain sebagai
berikut :
1. Sumber daya alam yang tersedia tidak tersebar secara
merata, sehingga terjadi pergerakan manusia mencari dan mencapai lokasi alam
yang dibutuhkan.
2. Jumlah dan penyebaran penduduk dari satu tempat ke tempat
lainnya tidak sama sehingga terjadi saling membutuhkan dan dibutuhkan diantara
penduduk yang satu dengan penduduk yang lainnya.
3. Adanya perbedaan kualitas dan kemampuan masyarakat,
sehingga ada sekelompok masyarakat yang memiliki teknologi yang tinggi dan ada
pula sekelompok masyarakat yang teknologinya masih konvensional.
4. Adanya perbedaan kemampuan mengelola lahan, sehingga
adanya perbedaan tingkat sosial ekonomi masyarakat, yang saling membutuhkan sarana
transportasi untuk menunjang kehidupannya.
Adanya transportasi memungkinkan berhubungan antardaerah,
hubungan antar-hinterland dan foreland, serta menimbulkan dampak sosial-ekonomi
penduduk dan penggunaan lahan. Keberadaan sarana dan prasarana transportasi
tidak dapat lepas dari pengaruh berbagai faktor geografi, diantara sebagai
berikut :
1. Iklim
Kondisi iklim berpengaruh sangat besar pada kelancaran
transportasi, terutama transportasi laut dan udara. Adanya badai topan, kabut,
hujan, salju maupun asap tebal memungkinkan terganggunya penerbangan dan
pelayaran yang akan dilakukan. Di daerah yang memiliki curah hujan tinggi
mengakibatkan pemeliharaan jalan raya dan kereta api menjadi lebih tinggi,
jalan akan cepat rusaak akibat aliran air dan banjir. Bahkan fenomena perubahan
fungsi jalan pada waktu hujan sebagai sungai merupakan fenomena yang sering
terjadi, akibat tidak disiplinnya masyarakat dalam membersihan saluran air dan
membuang sampah tidak pada tempatnya.
2. Struktur geologi
Kondisi batuan di tiap wilayah berbeda-beda, ada wilayah
yang memiliki kondisi batuan yang stabil dan ada juga daerah yang memiliki
kondisi batuan yang tidak stabil. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap
kestabilan jalan. Jalan yang berada di daerah labil cenderung cepat rusak. Hal
inni akan mengakibatkan tingginya biaya pemeliharaan dan perbaikan jalan.
Sebaliknya, jalan yang berada di daerah yang stabil cenderung lebih awet.
3. Keadaan Morfologi
Keberadaan morfologi suatu daerah sangat berpengaruh pada
sarana transportasi darat. Misalnya : di daerah perbukitan sampai pegunungan
yang selalu labil dan berkelok-kelok akan mengakibatkan pembuatan dan
pemeliharaan jalan menjadi mahal. Selain itu, diperlukan prasarana lain,
misalnya : Jembatan dan terowongan. Begitu juga keberadaan morfologi dasar laut
sangat berpengaruh pada kecepatan kapal, besarnya muatan kapal dan pembuatan
dermaga atau pelabuhan.
4. Faktor sosial
Keberadaan dan kelengkapan sarana dan prasarana transportasi
pada dasarnya merupakan tuntunan masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhan
hidupnya, misalnya : bepergian ke tempat kerja, sekolah, belanja dan hubungan
sosial, bisnis, rekreasi, dan lain-lain. Semua itu, melahirkan tuntunan adanya
sosial angkutan dan rute-rute kendaraan yang efisien, aman dan nyaman.
5. Kondisi ekonomi
Kondisi ekonomi sebagai hasil dari pertumbuhan industri dan
aktivitas komersial lainnya telah mendorong semakin meningkatnya kebutuhan akan
transportasi. Semakin tinggi dan kompleks aktivitas atrau kemajuan ekonomi
suatu masyarakat dapat dilihat atau diukur dari kondisi jaringan
transportasinya. Jalan yang lebar,pelabuhan dan bkamura sangat berkolerasi
dengan membaiknya keadaan ekonomi masyarakat sekitarnya.
6. Keadaan politik dan kebijaksanaan pemerintah
7. Tenologi yang dimiliki.
Tag: Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri, Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri
0 Response to "Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri | Keterkaitan Sarana Transportasi dengan Aglomerasi Industri"
Post a Comment
Tolong Jangan Melakukan SPAM ya.
KOMENTARLAH SESUAI ARTIKEL DI ATAS :)
TERIMA KASIH
ADMIN
INDRA SAPUTRA