HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH | Pengertian Sejarah | Sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu dan seni
HAKIKAT
DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH - Kata Sejarah sering
kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan sering juga diajukan beberapa
pertanyaan: “Apa itu sejarah” atau ada pernyaan : “Jangan sekali-kali
meninggalkan sejarah”, atau “kita harus belajar dari sejarah”.
HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH |
Pertanyaan dan
penyataan yang kelihatannya sederhana dan mudah ini, ternyata tidak dapat
dijawab dengan segera. Kita perlu merenung untuk memikirkan jawabannya.
A. Pengertian sejarah
Secara Etimologi, kata
sejarah berasal dari bahasa Arab syajarah (Syajaratun) artinya Pohon. Di
indonesia sejarah dapat berarti silsilah, asal-usul, riwayat dan jika dibuat
skema menyerupai pohon lengkap dengan cabang, ranting dan daun. Di dalam kata
sejarah tersimpan makna pertumbuhan atau silsilah.
Pada masa sekarang ini,
untuk kepetingan tertentu kita memerlukan keterangan riwayat hidup. Kata
riwayat kurang lebih ebrarti laporan atau cerita tentang kejadian. Sedangkan
kata hikayat (Yang dekat dengan sejarah), artinya cerita tentang kehidupan,
yaitu yang menjadikan manusia sebagai objeknya, disebut juga biografi
(bios=hidup, graven=menulis). Jadi, cerita yang berkisar mengenai kehidupan
penulis yang ditulis oleh diri sendri atau pelakunya sendiri disebut
autobiografi.
Dalam bahasa arab kata
“kisah” yang umumnya menunjuk ke masa lampau, justru lebih mengandung cerita
yang benar-benar terjadi pada masa lampau, yakni sejarah. Di dalam
bahasa-bahasa nusantara ada beberapa kata yang kurang lebih mengandung arti
sejarah ialah “Babad”, yang berasal dari bahasa jawa “tambo”, bahasa
minangkabau “tutui teteek”, bahasa Roti “Pustaka” atau “cerita”. Barangkali
kata babad ada hubungannya dengan kata “babad” bahasa jawa dalam arti “memangkas”. Hasil pembabadan
ialah suasana terang, dengan demikian babad dalam arti sejarah bertugas unutk
menerangkan suatu keadaan.
Untuk lebih memahami
secara lebih mendalam, maka mari kita simak pengertian sejarah di negara lain.
Perkataan sejarah dalam bahasa belanda ialah geschiedenis (dari kata
geschiede=terjadi). Sedangkan dalam bahasa inggris disebut history, (berasal
dari bahasa Yunani “historia”) yang berarti apa yang diketahui dari hasil
penyelidikan atau ilmu. Sejarah berarti peristiwa yang terjadi dalam masyarakat
manusia di masa lampau.
Selanjutnya, mari kita
perhatikan beberapa pendapat mengenai pengertian sejarah yang dikemukakan oleh
beberapa ahli. Dengan penyajian beberapa definisi sejarah dari beberapa ahli,
dapat dijadikan bahan perbandingan menuju ke arah spengertian sejarah yang
lebih sempurna dan benar, serta memiliki kesadaran sejarah yang mendalam.
Beberapa definisi
sejarah yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut :
1. Roeslan Abdulgani,
mengemukakan bahwa sejarah ialah ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara
sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau
beserta kejadian-kejadiannya; dengan maksud untuk menilai secara kritis seluruh
hasil penelitiannya, untuk dijadikan perbendaharaan-pedoman bagi penilaian dan
penentuan keadaan masa sekarang serta arah progres masa depan. Ilmu sejarah
ibarat penghlihatan tiga dimensi; pertama penghlihatan ke masa silam, kedua ke
masa sekarang, dan ketiga ke masa yang akan datang. Atau dengan kata lain,
dalam penyelididkan masa silam tidak dapat melepaskan diri dari
kenyataan-kenyataan masa sekrang yang sedang dihadapi, dan sedikit banyak tidak
dapat kita melepaskan diri dari perpekstif masa depan.
2. moh. Yamin, SH,
memberikan definisi sejarah ialah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas
hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan kenyataan.
3. Thomas Caryle,
memberikan definisi sejarah adalah peristiwa masa lampau yang mempelajari
biografi orang-orang terkenal. Mereka, adalah penyelamat pada zamannya. Mereka
merupakan orang-orang besar yang pernah dicatat sebagai peletak dasar sejarah.
4. Herodos, ahli
sejarah pertama dunia berkebangsaan Yunani, yang mendapat julukan : The Father
of History atau bapak sejarah. Menurut Herodotus sejarah tidak berkembang ke
arah depan dengan tujuan yang pasti,
melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi rendahnya
diakibatkan oleh keadaan manusia.
5. Ibnu Khaldun,
mendefinisikan sejarah sebagai catatan tentang masyarakat umat manusia atau
peradaban dunia, tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada wakta masyarakat
itu.
Dari beberapa definisi
yang dikemukakan oleh beberapa tokoh di atas tidaklah sama dalam hal isi, taraf
dan tujuannya. Namun, dapat diambil beberapa unsur pokoknya, yakni adanya
peristiwa, kisah, dan ilmu sejarah. Dalam hal ini, R. Moh. Ali menyimpulkan
definisi sejarah sebagai berikut :
1. Sejarah yaitu ilmu
yang menyelidiki perkembangan peristiwa dan kejadian-kejadian di masa lampau.
2. Sejarah yaitu
kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan manusia, yakni
menyangkut perubahan yang nyata di dalam kehidupan manusia.
3. Sejarah yaitu cerita
yang tersusun secara sistematis (teratur dan rapi).
Dari definisi Moh. Ali
ini dapat dipahami bahwa sejarah menyangkut seluruh perubahan dan perkembangan
kehidupan manusia. Dengan demikian jelas juga bahwa yang mempunyai sejarah
hanyalah manusia.
Untuk mengungkap
kehidupan manusia masa lampau, sejarah telah memformulasikan dalam enam
pertanyaan, yakni sebagai berikut :
1. What (apa), yang
menunjuk kepada peristiwa yang terjadi pada masa lampau
2. Who (Siapa), yang
menunjuk tentang tokoh atau orang yang terlibat dalam peristiwa.
3. When (kapan),
menunjuk waktu terjadinya peristiwa tersebut
4. Where (dimana),
menunjuk kepada tempat peristiwa terjadi.
5. How (bagaimana),
menunjuk kepada proses terjadinya peristiwa tersebut
6. Why (mengapa),
menunjuk kepada keterkaitan sebab akibat peristiwa tersebut.
B. Sejarah sebagai
peristiwa, kisah, ilmu dan seni
HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH |
1. Sejarah sebagai
peristiwa
Dalam mempelajari
sejarah, salah satu manfaat yang dapat kita peroleh ialah manfaat pendidikan.
Dari manfaat ini maka kita sering
mendengar ucapan “Belajarlah dari sejarah{“ atau “Sejarah mengajarkan kepada
kita” atau “perhatikanlah pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh sejrah”.
Dengan demikian, persoalan “belajar dari sejarah” ini menyangkut diktu
“L’historie se repete’ atau sejarah berulang. Maka kita bertanya : “Benarkah
sejarah berulang”
Secara sepintas kita
cenderung untuk menjawab dengan tegas “tidak”. Dengan alasan bahwa tidak ada
peristiwa yang dapat terjadi lagi. Perlawanan pattimura (1817) ; perlawanan
kaum paderi (1821-1838), perlawanan diponegoro (1825-1830); perlawanan bali
(1846-1905), perlawanan aceh (1871-1904), dan perlawanan-perlawanna daerah yang
lain, demikian juga proklamasi 17 Agustus 1945 tidak akan terjadi lagi, tidak
akan terulang lagi. Semua ini sesuai dengan diktum Geschiste isn einmalig atau
sejarah hanya terjadi sekali saja.
Jadi, sejarah sebagai
peristiwa yang mungkin terulang lagi (einmalig=terjadi sekali saja). Dengan
kata lain, sejarah sebagai peristiwa, hanya sekali terjadi (einmalig).
2. Sejarah sebagai
kisah
Sejarah sebagai kisah
adalah sejarah yang menyangkut penulisan peristiwa tersebut oleh seseorang
sesuai dengan konteks zamannya dan latar belakangnya. Sejarah sebagai kisah
dapat dikisahkan atau ditulis lagi oleh siapa saja dan kapan saja sehingga ada
proses berkelanjutan.
Peristiwa-peristiwa
seperti pahlawan pattimura 1817: perlawanan kaum paderi (1821-1838), perlawanan
diponegoro (1825-1830); perlawanan bali (1846-1905). Perlawanan aceh (1871-1904),
Proklamasi 17 Agustus 1945 dan sebagainya dapat berulang kali ditulis kembali
(dikisahkan) oleh penulis sejarah ( sejarawan) atau orang yang berminat pada
sejarah, baik oleh angkatan sejarah (Sejarawan) atau orang yang berminat pada
sejarah, baik oleh angkatan ’45 ’50 ’66, atau angkatan 2004. Hasil penulisannya
berupa karya tulis, dapat berwujud cerpen, buku atau dalam majalah, surat
kabar, dan sebagainya.
Demikian juga kegiatan
upacara peringatan, Proklamasi 17 Agustus dapat terulang-ulang dimana saja,
oleh siapa saja, misalnya di sekolah oleh warga sekolah, di kantor oleh warga
kantor, di kampung oleh warga kampung dan sebagainya, yang hingga tahun 2006
telah genap 61 tahun (HUT RI Ke-61). Jadi, peristiwanya hanya sekali (proses
tidak berkelanjutan = sejarah obyektif = sejarah sebagai peristiwa), namun
kisahnya/peringatannya atau makna dari peristiwa tersebut dapat berulang-ulang
(Ada proses berkelanjutan = sejarah subyektif-= sejarah sebagai kisah).
3. Sejarah sebagai ilmu
Berdasarkan uraian di atas
kita ketahui bahwa sejarah mempunyai beberapa pengertian, yaitu sebagai
berikut:
a. Sejarah sebagai
peristiwa adalah menyangkut peristiwanya itu sendiri, yang sekali terjadi,
sehingga tidak berulang.
b. Sejarah sebagai
kisah adalah menyangkut penulisan kembali peristiwa tersebut oleh seorang
sejarawan/siapa saja yang berminat terhadap sejrah lewat jejak-jejak masa lalu.
Selain sejarah sebagai
peristiwa dan sebagai kisah,sejarah juga sebagai ilmu. Untuk memahami tentang
sejarah sebagai ilmu; perlu kiranya mengetahui apa ilmu itu dan apa
kriterianya? Ada beberapa jalan untuk mencari pengetahuan, antara lain sebagai
berikut:
a. Dengan jalan
mendengarkan cerita orang lain
Pengetahuan yang
didapat dari mendengarkan cerita orang, belum sahih jika belum ada bukti-bukti
pengujiannya, sebab mungkin sekali cerita itu hanya mengisi waktu luang.
b. Dengan jalan
keterangan/penelitian
Pengetahuan yang
berdasarkan keterangan, memberi dasar yang kuat, dan kokoh akan pengetahuan
kita.
c. Dengan jalan
pengalaman sendiri
Pengetahuan berdasarkan
pengalaman ada yang berdasarkan kenyataan yang pasti; tetapi derajat
kebenarannya tergantung akan ketajaman pengetahuan kita.
Untuk membedakan
pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan penelitian dapat diberikan
beberpaa contoh sebagai berikut:
Seorang petani
menggunakan pupuk untuk tanamannya karena berdasarkan pengalamannya, tanaman
yang dipupuk memberikan hasil lebih baik daripada tanaamn yang tidak dipupuk.
Pengetahuan tersebut berdasarkan pengalamannya
sendiri. Lain halnya seorang ahli tanaman, memberikan pupuk pada tanaman
berdasarkan penyelidikan/penelitian, bahwa tanaman itu memerlukan jenis pupuk
tertentu dan pada saat-saat tertentu sehingga hasilnya baik.
Kedua contoh tersebut
di atas sama-sama pengetahuan untuk memupuk tanaman. Pengetahuan yang didapat
berdasarkan pengalaman, disebut pengetahuan pengalaman, disebut pengetahuan
pengalaman atau sering disingkat pengalaman. Adapun pengetrahuan yang didapat
berdasarkan penelitian disebut ilmu. Suatu pengetahuan disebut ilmu jika
memenuhi beberapa kriteria, yakni : (1) memiliki metode yang efisien, ilmu jika
memnuhi beberapa kriteria, yakni (1) memiliki metode yang efisien, (2) memiliki
obyek yang definitif, (3) memiliki formulasi kebenaran yang umum, (4) adanya
penyusunan yang sistematis, dan (5)
memiliki kebenaran yang obyektif.
Dari uraian di atas
mengenai ciri-ciri ilmu, bagaiaman dengan
sejarah? Jelaslah bahwa sejrah juga termasuk ilmu tersendiri, karena
memiliki persyaratan sebagai ilmu, yakni :
a. Memiliki tujuan
ilmu memiliki tujuan
sendiri untuk membedkan dengan ilmu yang lain. Artinya, dengan memiliki tujuan,
sesuatu ilmu akan dibatasi oleh objek material atau sasaran yang jelas.
Misalnya, objek ilmu kedokteran adalah manusia dan masyarakat dengan sasaran
pokok tubuh manusia (misalnya penyakit). Dengan demikian fokus usahanya ialah
usaha untuk menyembuhkan supaya manusia menjadi sehat. Ilmu kedokteran juga
bertujuan untuk memanfaatkan ilmu dan teknologi kedokteran demi untuk menjaga
kesehatan manusia dan masyarakt.
Sementara itu, objek
kajian sejarah adalah kehiduapn manusia masa lampau, yang selanjutnya dapat
dikaitkan dengan kehidupan masa sekarang dan masa ynag akan datang sebagai
keontinuitas kehidupan. Sejarah memiliki ruang lingkup yang jelas, yakni apa
yang dipikirkan, dilakukan, dan dirasakan oleh manusia.
b. Memiliki metode
Metode dalam arti yang
luas adalah cara atau jalan untuk melakukan seseuatu menurut aturan tertentu.
Dengan menggunakan metode, maka seseorang dapat melakukan kegiatan secara lebih
terarah. Dengan demikian kegaitan tersebut bersifat lebih praktis sehingga
dapat mencapai hasil maksimal. Kumpulan pengetahuan yang memiliki metode akan
dapat tersusunn secara lebih terarah, lebih teratur serta lebih mudah
dipelajarii. Tanpa suatu metode, suatu pengetahuan mengenai apapun tidak dapat
digolongkan ke dalam ilmu.
Sejarah memiliki metode
tersendiri dalam kerangka penelitiannya, yakni metode sejarah meliputi
pengumpulan, mengadakan penilaian sumber (kritik), penafsiran data dan
penyajian dalam bentuk cerita sejarah (historiografi).
c. Pemikiran yang
rasional
Ilmu hanya dapat
dipahami dengan akal pikiran yakni dengan menggunakan penalaran yang sehat.
Analisis yng dilakukan terhadap sejumlah pengetahuan harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga dapat diterima oleh aturan-aturan logika untuk mencapai suatu
kesimpulan. Proses penyimpulan disebut penalaran.
Demikian pula dengan
syariah apa yang disajikan dalam bentuk sejarah diusahakan sejauh mungkin
mendekati seperti peristiwanya. Hal ini dapat dilakukan dengan analisis data
secara ilmiah dengan menggunakan rasio.
d. Penyusunan yang
sistematis
Penyusunan secara
sistematis memungkinkan pengetahuan yang diteliti saling berkaitan dengan
bidang ilmu lain sehingga merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan satu
sama lain.Dengan demikian, berbagai pengetahuan tersebut tidak saling
bertentangan melainkan dapat runtut dan konsisten. Jadi, yang dimaksud dengan
ilmu bukan hanya sekedar kumpulan pengetahuan yang terkumpul menjadi satu.
Penyusunan secara
sistematis pengetahuan sejarah mulai dari langkah yang pertama (pengumpulan
sumber) sampai dengan yang terakhir (penulisan sejarah sebagai kisah).
e. Kebenaran bersifat
objektif
Pengetahuan ilmia dapat
dikomunikasikan dengan orang lain dan kebenarannya dapat diterima oleh orang
lain juga, karena sesuai dengan kenyataan (objektif). Sejarah sepanjang
menyangkut tentang fakta adalah objektif. Oleh karena fakta sejarha objektif,
maka penulisannya harus berdasarkan fakta tersebut. Dengan demikian, sejarah
memilik kebenaran objektif.
Dengan kriteria seperti
tersebut di atas, maka jelas bahwa sejarah dapat dimasukkan dalam ilmu
tersendiri. Jadi ilmu sejarah memperoleh kedudukan sebagai ilmu setelah
pelbagai peristiwa sejah itu disoroti sebagai suatu permasalah dengan cara menganalisis
hubungan sebab akibat sedemikian rupa, sehingga dapat ditemukan hukum-hukum
sejarah tertentu yang menjadi patoka bagi terjadinya peristiwa.
f. Sejarah sebagai seni
Satu pertanyaan yang
terbesit dalam pemikiran kita setelah mengetahui bahwa sejarah merupakan ilmu
tersendiri karena berbagai kriteria yang dimilikinya, yaitu mengapa sejarah
juga sebagai seni?
Apabila seseorang
menulis (Sejarah sebgai kisah), berdasarkan jejak-jejak maka sumber itu
merupakan sumber lepas dan belum dianggap sejarah. Hasil penyusunan penulisan
sejarh sebagai kisah. Bahan-bahan lepas, daftar atau deretan angka-angka tahun
serta catatan-catatan peristiwa itu semuanya baru merupakan kronik, dan bukan
sejarah. Semuanya baru bisa dikatakan sejarah setelah dirangkai, disusun oleh
seorang sejarawan atau peminat sejarah dengan menggunakan metode sejarah.
Dengan demikian jelas bahwa, meskipun seseorang menulis suatu kisah/sejarah
berdasarkan sumber-sumber yang sama belum tentu hasilnya akan sama. Perbedaan
itu bukan dalam data, atau pun sumbernya, tetapi penafsirannya dan
penyimpulannya. Sebab latar belakang penulis juga ikut mewarnainya, seperti
pendidikan, falsafah hidupnya, dan pengalaman, begitu juga penuturannya.
Jadi meskipun sejarah
disusun berdasarkan bahan-bahan secara ilmiah, tetapi penyajiannya menyangkut
soal keindahan bahasa, dan seni penulisan : maka kita cenderung untuk
menyimpulkan bahwa sejarah termasuk juga sebagai karya seni, tetapi yang
benar-benar seni juga tidak, sebab proses penelitiannya dilakukan secara ilmiah.
Dengan demikian
jelaslah bahwa dalam proses penelitiannya sumber sejarah bersifat ilmiah,
tetapi dalam taraf penulisannya sejarah bersifat seni.
C. Periodisasi dan
kronologi
1. Periodisasi
Klasifikasi dalam ilmu
sejarah menghasilkan pembagian zaman, periode, babakan waktu atau masa. Kurun
adalah satu kesatuan waktu yang isi, bentuk dan waktunya tertentu.
Dalam periodisasi
diadakan serialisasi rangkaian babakan menurut urutan zaman. Sejarah
dibagi-bagi menjadi zaman-zaman dengan ciri-cirinya masing-masing. Periodisasi
sangat penting dalam histiografi karena merupakan batang tubuh cerita sejarah.
Periodisasi mengungkapkan ikhtisar sejarah dan di dalamnnya harus dapat
dikenali jiwa atau semangat setiap zaman, masing-masing pola dan struktur urutan
kejadian, atau peristiwa-peristiwa. Periodisasi dapat disusun berdasarkan
perkembangan politik, perekonomian, kesenian, agama dan sebagainya. Setiap
penulis sejarah bebas menentukan/memilih periodisasi, yang mencerminkan
keyakinannya, pendiriannya, dan visi sejarahnya.
a. Pengertian
Periodisasi
Periodisasi atau
pembabakan waktu adalah salah satu proses strukturisasi waktu dalam sejarah
dengan pembagian atas beberapa babak, zaman atau periode. Peristiwa-peristiwa
masa lampau yang begitu banyak dibagi-bagi dan dikelompokkan menurut sifat,
unit atau bentuk sehingga membentuk satu kesatuan waktu tertentu. Periodisasi
atau pembagian babakan waktu merupakan inti cerita sejarah.
b. Tujuan periodisasi
Mengetahui pembabakan
waktu sejarah akan sangat bermanfaat bukan saja bagi penulis sejarah akan
tetapi juga bagi para pembaca/penggemar cerita sejarah apalagi bagi apara siswa
yang belajar ilmu sejarah. Cerita sejarah yang ditulis para sejarawan dengan
menempatkan skenario peristiwa sejarah dalam setting babakan waktu, akan sangat
memudahkan serta menarik para pembaca atau siswa untuk mengetahui peristiwa
sejarah secara kronologis.
Adapun tujuan dari
pembabakan waktu adalah sebagai berikut :
1. Melakukan
penyederhanaan
Gerak pikiran dalam
usaha mengerti ialah melakukan penyederhanaan. Begitu bayaknya
peristiwa-peristiwa sejarah yang beraneka ragam disusun menjadi sederhana,
sehingga mendapatkan ikhtisar yang mudah dimengerti.
2. Memudahkan
klasifikasi dalam ilmu sejarah
Klasifikasi dalm ilmu
akan meletakkan dasar pembagian jenis, golongan suku, bangsa dan seterusnya.
Klasifikasi dalam ilmu sejarah meletakkan dasar babakan waktu. Masa lalu yang
tidak terbatas peristiwa dan waktunya dipastikan isi, bentuk dan waktunya
menjadi bagian-bagian babakan waktu.
3. Mengetahui peristiwa
sejah secara kronologis
Menguraikan peristwa
sejarah secara kronologis akan memudahkan pemecahan suatu masalah. Ahli
kronologi menerangkan perlbagai tarikh, atau sistem pemenggalan yang telah
dipakai diperlbagai tempat dan waktu, memungkinkan kita untuk menerjemahkan
pemenggalan dari satu tarikh ke tarikh yang lain.
4. Memudahkan
pengertian
Gambaran
peristiwa-peristiwa masa lampau yang sedemikian banyak itu
dikelompokkan-kelompokkan, disederhanakan, dan diiktisarkan menjadi satu
tatanan (orde), sehingga memudahkan pengertian.
5. untuk memenuhi
persyaratann sistematika ilmu pengetahuan
Jadi, tujuan
diadakannya periodisasi ialah untuk mengadakan tinjauan menyeluruh terhadap
peristiwa-peristiwa dan saling hubungannya dengan berbagai aspeknya. Pelaksanaan
periodisasi yang paling mudah ialah dengan pembabakan yang disusun berdasarkan
urutan abad. Akan tetapi, periodisasi yang demikian mempunyai kelemahan tidak
mengungkapkan corak yang khas pada zaman yang ditinjau.
Semua kejadian atau
peristiwa selama 100 tahun dikumpulkan menjadi satu himpunan cerita, maka
tampakla cerita-cerita secara tersusun menurut abad. Inti deretan itu adalah 0
(teoritis) yang membagi dua deretan tersebut, seperti dalam contoh berikut ini
:
7 !6 !5 !4 !3 !2 !1 !0
!1 !2 !3 !4 !5 !6 !7 !8 !9 !10
Masa sebelum masehi
(SM/BC), masa sesudah masehi (M/AD)
Ada juga periodisasi
berdasarkan zaman (Sejarah eropa) :
I. Zaman kuno : 476 AD.
II. Zaman pertengahan :
476-1453 AD
III. Zaman baru :
1453-1789
IV. Zaman terbaru :
1789 - .....
Selanjutnya ada
perbaikan sehingga muncul periodisasi sebagai berikut :
1. Pre-History (Pra
sejarah)
2. Proto Hisyory (Mula
sejarah)
3. Ancient History
(Sejarah Kuno)
4. Middle Age (Zaman
pertengahan)
5. The Early Modern
Period (Permulaan zaman modern)
6. The Nineteenth (Abad
ke-19)
7. Two world war and
The Inter World Period (Dua perang dan masa antara dua perang dunia)
8. The Post War Period
(Masa sesudah perang)
Periodisasi juga dapat
dibuat menurut urutan pergantian dinasti-dinasti. Sejarah mesir kuno dan cina
kuno misalnya, adalah contoh periodisasi yang lazim digunakan : demikian juga
sejarah jawa.
Contoh Periodisasi cina
:
1. Dinasti Shang : 1450
– 1050 SM
2. Dinasti Chou : 1050
– 247 SM
3. Dinasti Chin :
256-207 SM
4. Dinasti Han : 206 –
207 SM
5. Dinasti Sui :
580-618 M
6. Dinasti Tang : 618 –
906 M
7. Dinasti Mongol :
1280 – 1369 M
8. Dinasti Ming : 1368
– 1644 M
9. Dinasti Mancu :
1644-1911 M
10. Republik : 1911 –
....
Uraian di atas
merupakan periodisasi sejarah dunia. Bagaimanakah sejarah di indonesia? Dua
tokoh yang menyampaikan periodisasi sejarah di indonesia yaitu :
1. H.J. de Graff
2. Moh. Yamin
Bila kita cermati,
masih banyak lagi periodisasi yang dapat dibuat untuk sejarah indonesia ;
apalagi indonesia sekarang sudah memasuki zaman reformasi, sehingga rentangan
sejarah indonesia dari zaman prasejarah hingga zaman reformasi menjadi garapan
tersendiri bagi para sejarawan indonesia di masa kini.
Masih banyak contoh
adanya periodisasi, yang dibuat untuk sejarah manusia : Apalagi indonesia
sekarang sudah memasuki zaman reformasi, sehingga rentangan sejarah indonseisa
dari zaman prasejarah hingga zaman reformasi menjadi garapan tersendiri bagi
para sejarawan indonesia di masa kini.
Masih banyak contoh
adanya periodisasi, yang dibuat oleh tokoh-tokoh sejarah. Satu hal yang perlu
diperhatikan dan dipahami bahwa dalam periodisasi dan terdapat banytak
unsur/faktor yang dapat digunakan sebagai kriteria untuk menyusun pembagian
waktu, seperti : Faktor geografis, kronologis, keluarga/dinasti, perjuangan manusia,
ekonomi, teori evolusi dan sebagainya.
2. Kronologi
Ilmu sejarah meneliti
dan mengkaji peristiwa kehidupan manusia masa lampau : jadi menyangkut konsep
waktu. Adapun konsep waktu dalam sejarah berdimensi tiga, yakni masa lalu, masa
sekarang, dan masa yang akan datang (the past, the present, and the future).
Itulang pemenggalan waktu atas dasar kesadaran manusia. Jika batas-batas waktu
dalam tiga dimensi dahulu, sekaran dan yang akan datang dihilangkan, maka sang
waktu benar-benar berpankal dan tidak berujung. Begitulah penentuan waktu,
sangat penting sekali sebagai batas tinjauan kerangka gerak sejarah. Dalam ilmu
sejarah, dimensi waktu merupakan unsur penting.
Waktu perlu dibuat
batasan awal dan akhir yang disebut kurun waktu atau babakan waktu (periode/peridisasi)
secara berurutan (succession), yaitu prinsip kronologi dalam sejarah. Menurut
Alexander D. Xenopol, peristiwa berulang dipelajari oleh ilmu Pengetahuan Alam
(IPA); sedangkan peristiwa berurutan merupakan obyek studi sejarah sebagai ilmu.
Dengan demikian peristiwa berurutan merupakan obyek stud sejarah sebagai ilmu,
karena sejarah menitikberatkan urutan (succesion, chronology) sebagai pokok
penelitian. Urutan yang dimaksud adalah pertumbuhan dan perkembangan dalam
esensi pengertian perubahan, baik evolusi maupun revolusi.
D. Kegunaan sejarah
Sejarah adalah
pengalaman masa lampau, oleh sebab itu apabila dipelajari dengan baik dan benar
akan banyak gunanya, banyak manfaatnya, serta mempunyai arti penting dalam
kehidupan masyarakat.
Banyak tokoh yang
mengemukakan pendapatnya mengenai kegunaan sejarah, antara lain C.P. Hill
(1956) yang menyatakan bahwa mempelajari sejarah banyak kegunaanya bagi peserta
didik, antara lain :
1. Secara unik dapat
memuaskan rasa ingin tahu tentang orang lain, tentang kehidupan para
tokoh/pahlawan, perbautan, dan cita-citanya dan juga dapat membangkitkan
kekaguman tentang kehidupan manusia masa lampau.
2. Melalui pengajaran
sejarah dapat dibandingkan kehidupan zaman sekarang dengan masa lampau
3. Melalui pengajaran sejarah
dapat diwariskan kebudayaan umat manusia
4. Lewat pengajaran
sejarah di sekolah-sekolah dapat membantu mengembangkan cinta tanah air di
kalangan para siswa
Hubungannya dengan
pengajaran, Sartono Kartodirjo (1922) mengatakan bahwa sejarah mempunyai kegunaan
genetis dan didaktis. Dengan pengetahuan sejarah dimaksudkan agar generasi
berikut dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman nenek moyang. Di
samping itu suri tauladan mereka dapat menjadi model bagi keturunannya.
Selanjutnya Nugroho Notosanto (1979) mengungkapkan bahwa dengan mempelajari
sejarah akan memiliki wawasan sejarah. Dengan wawasan sejarah dapat
mengkonsepkan proses sejarah yang berguna untuk mengantisipasi masa depan.
Dengan demikian
mempelajari sejarah banyak kegunaanya/manfaatnya, antara lain sebagai berikut :
1. Memberikan kesadaran
waktu
Kesadaran waktu yang
dimaksud ialah kehidupan dengan segala perubahan, pertumbuhan, dan
perkembangannya terus berjalan melewati waktu. Kesadaran itu dikenal juga
sebagai kesadaran akan adanya gerak sejarah. Kesadaran tersebut memandang
peristiwa-peristiwa sejarah sebagai sesuatu yang terus bergerak dari masa silam
bermuara ke masa kini dan berlanjut ke masa depan.
2. Memberi pelajaran
Sejarah memberikan
pelajaran, sering kita mendengar ucapan : “Belajarlah dari sejarah”. Dengan
mempelajari sejarah seseorang atau suatu bangsa, kita akan bercermin dan
menilai peristiwa-peristiwa masa lampau yang merupakan kegagalan.
Peristiwa-peristiwa sejarah pada masa lampau, baik yang positif maupaun yang negatif
dijadikan hikmah. Untuk nilai-nilai positif yakni keberhasilan-keberhasilan
kita pertahankan dan kita tingkatkan, sebaliknya untuk nilai-nilai negatif,
kesalahan-kesalahan masa silam tidak terulang laigi. Dengan ini jelas bahwa
sejarah memberikan pelajaran yang dapat memberikan kearifan dan kebijaksanaan
bagi yang mempelajarinya. Pepatah jawa mengatakan “MIKUL DHUWUR MENDEM JERO”
3. Sumber Inspirasi
(ilham)
Inspirasi berarti
memberikan ilham atau semangat yang berkaitan dengan pelajaran sejarah tentang
semangat nasionalism Dan patriotisme. Dapat juga dikatakan sejarah berfungsi
untuk menumbuhkan semangat nasionalisme, cinta bangsa dan tanah air. Fungsi
sejarah ini sangat disadari terutama dalam hal yang disebut nation builiding
misalnya ingin melestarikan nilai-nilai perjuangan 1945 seperti persatuan dan
kesatuan, rela berkorban, berjuang tanpa pamrih, semangat gotong royong dan
sebagainya. Dengan demikian, belajar sejarah akan memperkukuh rasa kebangsaan,
cinta bangsa, dan tanah air.
4. Memberikan ketgasan
identitas Nasional dan kepribadian suatu bangsa
Identitas nasional dan
kepribadian suatu bangsa terbentuk dari keseluruhan pengalaman sejarah suatu
bangsa tersebut. Oleh karena setap bangsa memiliki pengalaman sejarah yang
berbeda-beda, maka identitas dan kepriabdian suatu bangsa juga berbeda-beda.
Itulah sebabnya, kepribadian seseorang atau bangsa bersifat unik. Dengan
mempelajari sejarah akan lebih memperjelas identitas nasional dan kepribadian
bangsa.
5. Memberikan hiburan
Dengan mempelajari sejarah
yang indah dan menarik tentang suatu tokoh atau peristiwa, maka akan memperoleh
hiburan. Dengan mempelajari kisah-kisah sejarah di tempat yang jauh, di
negara-negara lain, maka seolah-olah kita bertamasya dan memberikan kepuasan
dalam bentuk “pesona perlawatan”.
Fungsi pengajaran
sejarah juga terlihat dari ungkapan latin “Historia magistra vitae” yang
artinya “sejarah guru kehidupan”. Frederic Harrison secara lengkap menyatakan
bahwa sejarah : “Mengajarkan kepada kita sesuatu tentang kemajuan umat manusia,
bahwa sejarah itu menceritakan kepada kita beberapa semangat luhur yang
meninggalkan jejak-jejaknya sepanjang masa, bahwa sejarah itu menunjukkan
kepada kita bagaimana bangsa-bangsa di muka bumi ini saling berjalin dalam satu
tujuan dan memiliki tujuan-tujuan mulia yang telah memancarkan kesadaran
kemanusiaan”, dengan demikian sejarah mempunyai arti dan peranan yang penting
dalam kehidupan masyarakat.
Demikianlah HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH | Pengertian Sejarah | Sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu dan seni. Semoga bermanfaat :)
0 Response to "HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH | Pengertian Sejarah | Sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu dan seni"
Post a Comment
Tolong Jangan Melakukan SPAM ya.
KOMENTARLAH SESUAI ARTIKEL DI ATAS :)
TERIMA KASIH
ADMIN
INDRA SAPUTRA