3 Nasehat Siraman kalbu dari Aa’ Gym yang baik untuk bahan Renungan
3
Nasehat Siraman kalbu dari Aa’ Gym yang baik untuk bahan Renungan -Siapa yang tak kenal dengan Aa' Gym. Yan Gymnastiar atau lebih dikenal sebagai Abdullah Gymnastiar atau
Aa Gym adalah seorang pendakwah, penyanyi, penulis buku, pengusaha dan
pendiri Pondok Pesantren Daarut Tauhiid di Jalan Gegerkalong Girang,
Bandung. Ada banyak sekali masyarakat yang menyukai dakwah dari beliau. Berikut Blogger jemo lintank memposting 3 Nasehat siraman kalbu dari Aa' Gym yang baik untuk bahan renungan.
3 Nasehat Siraman kalbu dari Aa’ Gym yang baik untuk bahan Renungan |
Nasehat
Siraman kalbu dari Aa’ Gym yang baik untuk bahan Renungan Yang pertama:
Bersandar Hanya
Kepada Allah
Tiada
keberuntungan yang sangat besar dalam hidup ini, kecuali orang yang tidak
memiliki sandaran, selain bersandar kepada Allah. Dengan meyakini bahwa memang
Allah-lah yang menguasai segala-galanya; mutlak, tidak ada satu celah pun yang
luput dari kekuasaan Allah, tidak ada satu noktah sekecil apapun yang luput
dari genggaman Allah. Total, sempurna, segala-galanya Allah yang membuat, Allah
yang mengurus, Allah yang menguasai.
Adapun kita,
manusia, diberi kebebasan untuk memilih, "Faalhamaha fujuraha
wataqwaaha", "Dan sudah diilhamkan di hati manusia untuk memilih mana
kebaikan dan mana keburukan". Potensi baik dan potensi buruk telah
diberikan, kita tinggal memilih mana yang akan kita kembangkan dalam hidup ini.
Oleh karena itu, jangan salahkan siapapun andaikata kita termasuk berkelakuan
buruk dan terpuruk, kecuali dirinyalah yang memilih menjadi buruk,
naudzubillah.
Sedangkan
keberuntungan bagi orang-orang yang bersandarnya kepada Allah mengakibatkan
dunia ini, atau siapapun, terlampau kecil untuk menjadi sandaran baginya.
Sebab, seseorang yang bersandar pada sebuah tiang akan sangat takut tiangnya
diambil, karena dia akan terguling, akan terjatuh. Bersandar kepada sebuah
kursi, takut kursinya diambil. Begitulah orang-orang yang panik dalam kehidupan
ini karena dia bersandar kepada kedudukannya, bersandar kepada hartanya, bersandar
kepada penghasilannya, bersandar kepada kekuatan fisiknya, bersandar kepada
depositonya, atau sandaran-sandaran yang lainnya.
Padahal, semua
yang kita sandari sangat mudah bagi Allah (mengatakan ‘sangat mudah’ juga ini
terlalu kurang etis), atau akan ‘sangat mudah sekali’ bagi Allah mengambil apa
saja yang kita sandari. Namun, andaikata kita hanya bersandar kepada Allah yang
menguasai setiap kejadian, "laa khaufun alaihim walahum yahjanun’, kita
tidak pernah akan panik, Insya Allah.
Jabatan diambil,
tak masalah, karena jaminan dari Allah tidak tergantung jabatan, kedudukan di
kantor, di kampus, tapi kedudukan itu malah memperbudak diri kita, bahkan tidak
jarang menjerumuskan dan menghinakan kita. kita lihat banyak orang terpuruk
hina karena jabatannya. Maka, kalau kita bergantung pada kedudukan atau
jabatan, kita akan takut kehilangannya. Akibatnya, kita akan berusaha
mati-matian untuk mengamankannya dan terkadang sikap kita jadi jauh dari
kearifan.
Tapi bagi orang
yang bersandar kepada Allah dengan ikhlas, ‘ya silahkan ... Buat apa bagi saya
jabatan, kalau jabatan itu tidak mendekatkan kepada Allah, tidak membuat saya
terhormat dalam pandangan Allah?’ tidak apa-apa jabatan kita kecil dalam
pandangan manusia, tapi besar dalam pandangan Allah karena kita dapat
mempertanggungjawabkannya. Tidak apa-apa kita tidak mendapatkan pujian,
penghormatan dari makhluk, tapi mendapat penghormatan yang besar dari Allah
SWT. Percayalah walaupun kita punya gaji 10 juta, tidak sulit bagi Allah
sehingga kita punya kebutuhan 12 juta. Kita punya gaji 15 juta, tapi oleh Allah
diberi penyakit seharga 16 juta, sudah tekor itu.
Oleh karena itu,
jangan bersandar kepada gaji atau pula bersandar kepada tabungan. Punya
tabungan uang, mudah bagi Allah untuk mengambilnya. Cukup saja dibuat urusan
sehingga kita harus mengganti dan lebih besar dari tabungan kita. Demi Allah,
tidak ada yang harus kita gantungi selain hanya Allah saja. Punya bapak seorang
pejabat, punya kekuasaan, mudah bagi Allah untuk memberikan penyakit yang membuat
bapak kita tidak bisa melakukan apapun, sehingga jabatannya harus segera
digantikan.
Punya suami
gagah perkasa. Begitu kokohnya, lalu kita merasa aman dengan bersandar
kepadanya, apa sulitnya bagi Allah membuat sang suami muntaber, akan sangat
sulit berkelahi atau beladiri dalam keadaan muntaber. Atau Allah mengirimkan
nyamuk Aides Aigepty betina, lalu menggigitnya sehingga terjangkit demam
berdarah, maka lemahlah dirinya. Jangankan untuk membela orang lain, membela
dirinya sendiri juga sudah sulit, walaupun ia seorang jago beladiri karate.
Otak cerdas,
tidak layak membuat kita bergantung pada otak kita. Cukup dengan kepleset
menginjak kulit pisang kemudian terjatuh dengan kepala bagian belakang
membentur tembok, bisa geger otak, koma, bahkan mati.
Semakin kita
bergantung pada sesuatu, semakin diperbudak. Oleh karena itu, para istri jangan
terlalu bergantung pada suami. Karena suami bukanlah pemberi rizki, suami hanya
salah satu jalan rizki dari Allah, suami setiap saat bisa tidak berdaya. Suami
pergi ke kanotr, maka hendaknya istri menitipkannya kepada Allah.
"Wahai
Allah, Engkaulah penguasa suami saya. Titip matanya agar terkendali, titip
hartanya andai ada jatah rizki yang halal berkah bagi kami, tuntun supaya ia
bisa ikhtiar di jalan-Mu, hingga berjumpa dengan keadaan jatah rizkinya yang
barokah, tapi kalau tidak ada jatah rizkinya, tolong diadakan ya Allah, karena
Engkaulah yang Maha Pembuka dan Penutup rizki, jadikan pekerjaannya menjadi
amal shaleh."
Insya Allah
suami pergei bekerja di back up oleh do’a sang istri, subhanallah. Sebuah
keluarga yang sungguh-sungguh menyandarkan dirinya hanya kepada Allah.
"Wamayatawakkalalallah fahuwa hasbu", (QS. At Thalaq [65] : 3). Yang
hatinya bulat tanpa ada celah, tanpa ada retak, tanpa ada lubang sedikit pun ;
Bulat, total, penuh, hatinya hanya kepada Allah, maka bakal dicukupi segala
kebutuhannya. Allah Maha Pencemburu pada hambanya yang bergantung kepada
makhluk, apalagi bergantung pada benda-benda mati. Mana mungkin? Sedangkan
setiap makhluk ada dalam kekuasaan Allah. "Innallaaha ala kulli sai in
kadir".
Oleh karena itu,
harus bagi kita untuk terus menerus meminimalkan penggantungan. Karena makin
banyak bergantung, siap-siap saja makin banyak kecewa. Sebab yang kita
gantungi, "Lahaula wala quwata illa billaah" (tiada daya dan kekuatan
yang dimilikinya kecuali atas kehendak Allah). Maka, sudah seharusnya hanya
kepada Allah sajalah kita menggantungkan, kita menyandarkan segala sesuatu, dan
sekali-kali tidak kepada yang lain, Insya Allah.
Nasehat
Siraman kalbu dari Aa’ Gym yang baik untuk bahan Renungan Yang kedua:
Belajar Dari
Wajah
Menarik sekali
jikalau kita terus menerus belajar tentang fenomena apapun yang terjadi dalam
hiruk-pikuk kehidupan ini. Tidak ada salahnya kalau kita buat semacam target.
Misalnya : hari ini kita belajar tentang wajah. Wajah? Ya, wajah. Karena
masalah wajah bukan hanya masalah bentuknya, tapi yang utama adalah pancaran
yang tersemburat dari si pemilik wajah tersebut.
Ketika pagi
menyingsing, misalnya, tekadkan dalam diri : "Saya ingin tahu wajah yang
paling menenteramkan hati itu seperti apa? Wajah yang paling menggelisahkan itu
seperti bagaimana?" karena pastilah hari ini kita akan banyak bertemu
dengan wajah orang per orang. Ya, karena setiap orang pastilah punya wajah. Wajah
irtri, suami, anak, tetangga, teman sekantor, orang di perjalanan, dan lain
sebagainya. Nah, ketika kita berjumpa dengan siapapun hari ini, marilah kita
belajar ilmu tentang wajah.
Subhanallaah,
pastilah kita akan bertemu dengan beraneka macam bentuk wajah. Dan, tiap wajah
ternyata dampaknya berbeda-beda kepada kita. Ada yang menenteramkan, ada yang
menyejukkan, ada yang menggelikan, ada yang menggelisahkan, dan ada pula yang
menakutkan. Lho, kok menakutkan? Kenapa? Apa yang menakutkan karena bentuk hidungnya?
Tentu saja tidak! Sebab ada yang hidungnya mungil tapi menenteramkan. Ada yang
sorot matanya tajam menghunjam, tapi menyejukkan. Ada yang kulitnya hitam, tapi
penuh wibawa.
Pernah suatu
ketika berjumpa dengan seorang ulama dari Afrika di Masjidil Haram,
subhanallaah, walaupun kulitnya tidak putih, tidak kuning, tetapi ketika
memandang wajahnya... sejuk sekali! Senyumnya begitu tulus meresap ke relung
qolbu yang paling dalam. Sungguh bagai disiram air sejuk menyegarkan di pagi
hari. Ada pula seorang ulama yang tubuhnya mungil, dan diberi karunia
kelumpuhan sejak kecil. Namanya Syekh Ahmad Yassin, pemimpin spiritual gerakan
Intifadah, Palestina. Ia tidak punya daya, duduknya saja di atas kursi roda.
Hanya kepalanya saja yang bergerak. Tapi, saat menatap wajahnya, terpancar
kesejukan yang luar biasa. Padahal, beliau jauh dari ketampanan wajah
sebagaimana yang dianggap rupawan dalam versi manusia. Tapi, ternyata dibalik
kelumpuhannya itu beliau memendam ketenteraman batin yang begitu dahsyat,
tergambar saat kita memandang sejuknya pancaran rona wajahnya.
Nah, saudaraku,
kalau hari ini kita berhasil menemukan struktur wajah seseorang yang
menenteramkan, maka caru tahulah kenapa dia sampai memiliki wajah yang
menenteramkan seperti itu. Tentulah, benar-benar kita akan menaruh hormat.
Betapa senyumannya yang tulus; pancaran wajahnya, nampak ingin sekali ia
membahagiakan siapapun yang menatapnya. Dan sebaliknya, bagaimana kalau kita
menatap wajah lain dengan sifat yang berlawanan; (maaf, bukan bermaksud meremehkan)
ada pula yang wajahnya bengis, struktur katanya ketus, sorot matanya kejam,
senyumannya sinis, dan sikapnya pun tidak ramah. Begitulah, wajah-wajah dari
saudara-saudara kita yang lain, yang belum mendapat ilmu; bengis dan ketus. Dan
ini pun perlu kita pelajari.
Ambillah
kelebihan dari wajah yang menenteramkan, yang menyejukkan tadi menjadi bagian
dari wajah kita, dan buang jauh-jauh raut wajah yang tidak ramah, tidak
menenteramkan, dan yang tidak menyejukkan.
Tidak ada
salahnya jika kita evalusi diri di depan cermin. Tanyalah; raut seperti apakah
yang ada di wajah kita ini? Memang ada diantara hamba-hamba Allah yang bibirnya
di desain agak berat ke bawah. Kadang-kadang menyangkanya dia kurang senyum,
sinis, atau kurang ramah. Subhanallaah, bentuk seperti ini pun karunia Allah
yang patut disyukuri dan bisa jadi ladang amal bagi siapapun yang memilikinya
untuk berusaha senyum ramah lebih maksimal lagi.
Sedangkan bagi
wajah yang untuk seulas senyum itu sudah ada, maka tinggal meningkatkan lagi
kualitas senyum tersebut, yaitu untuk lebih ikhlas lagi. Karena senyum di
wajah, bukan hanya persoalan menyangkut ujung bibir saja, tapi yang utama
adalah, ingin tidak kita membahagiakan orang lain? Ingin tidak kita membuat di
sekitar kita tercahayai? Nabi Muhammad SAW, memberikan perhatian yang luar
biasa kepada setiap orang yang bertemu dengan beliau sehingga orang itu merasa
puas. Kenapa puas? Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW – bila ada orang yang
menyapanya – menganggap orang tersebut adalah orang yang paling utama di
hadapan beliau. Sesuai kadar kemampuannya.
Walhasil, ketika
Nabi SAW berbincang dengan siapapun, maka orang yang diajak berbincang ini
senantiasa menjadi curahan perhatian. Tak heran bila cara memandang, cara
bersikap, ternyata menjadi atribut kemuliaan yang beliau contohkan. Dan itu
ternyata berpengaruh besar terhadap sikap dan perasaan orang yang diajak
bicara.
Adapun
kemuramdurjaan, ketidakenakkan, kegelisahan itu muncul ternyata diantara akibta
kita belum menganggap orang yang ada dihadapan kita orang yang paling utama.
Makanya, terkadang kita melihat seseorang itu hanya separuh mata, berbicara
hanya separuh perhatian. Misalnya, ketika ada seseorang yang datang
menghampiri, kita sapa orang itu sambil baca koran. Padahal, kalau kita sudah tidak
mengutamakan orang lain, maka curahan kata-kata, cara memandang, cara bersikap,
itu tidak akan punya daya sentuh. Tidak punya daya pancar yang kuat.
Orang karena
itu, marilah kita berlatih diri meneliti wajah, tentu saja bukan maksud untuk
meremehkan. Tapi, mengambil tauladan wajah yang baik, menghindari yang tidak
baiknya, dan cari kuncinya kenapa sampai seperti itu? Lalu praktekkan dalam
perilaku kita sehari-hari. Selain itu belajarlah untuk mengutamakan orang lain!
Mudah-mudahan
kita dapat mengutamakan orang lain di hadapan kita, walaupun hanya beberapa
menit, walaupun hanya beberapa detik, subhanallaah.***
Nasehat
Siraman kalbu dari Aa’ Gym yang baik untuk bahan Renungan Yang ketiga :
Al Waliyyu
Bismillahhirrahmaanirrahiim,
Semoga Allah
yang Maha Menatap, mengkaruniakan kepada kita nikmatnya berlindung hanya kepada
Allah, amannya berlindung hanya kepada Allah, karena yang membuat kita gelisah
adalah ketika kita berlindung selain kepada Allah.
Al-Walliyyu
makna dasarnya menurut Prof. Dr. Quraish Syihab yaitu dekat, kemudian muncul
makna-makna baru yaitu pendukung, pembela, pelindung, yang mencintai, yang
lebih utama, dll.
Seperti tertera
dalam Al-Qur'an "Allah pelindung orang yang beriman yang mengeluarkan dari
kegelapan kepada cahaya iman".
Perlindungan
Allah yang paling penting adalah diberi keteguhan iman. Perlindungan Allah yang
paling besar adalah diberi kekuatan iman. Makin kuat iman, kita mau
diapa-apakan tidak masalah. Jadi kalau ingin diberi perlindungan Allah yang
paling kokoh adalah minta diberi kekuatan iman dan minta diteguhkan. Akal kita
dicerdaskan juga dapat merupakan perlindungan Allah sehingga kita bisa bertemu
dengan perlindungan Allah.
Perlindungan
Allah itu bermacam-macam, contohnya pada Perang Badar, bukan hanya pasukan malaikat
saja yang turun tetapi musuh juga jadi terlihat sedikit dimata kaum muslimin.
Musuh terbesar
bagi kita adalah bukan makhluk, karena itu hanya alat, musuh besar kita adalah
setan dan kawan-kawannya. Hal yang paling berbahaya bagi kita adalah bukan orang
lain tetapi sikap kita sendiri. Sedangkan kalau tidak ada musuh tidak akan
seru. Maka orang-orang yang berlindung kepada Allah pasti memuaskan dan nikmat,
karena perlindungan Allah itu spektrumnya sangat luas, bisa terdeteksi bisa
juga tidak terdeteksi oleh akal kita. Tidak ada yang tidak masuk akal, tetapi
akal kita yang tidak sampai. Titipkan istri atau suami masing-masing kepada
Allah. Dengan mengamalkan doa "Hasbunallah wani'malwakil Ni'malmaula
wani'mal nashir". Dengan mengamalkan doa ini dan meyakini bahwa semua
makhluk itu milik Allah. Dengan Allah-lah urusan kita serahkan. Berdiri, duduk
dan berbaring ingat kepada Allah karena semuanya milik Allah. Sesuai dengan
kisah Nabi Muhammad SAW ketika diancam untuk dibunuh dengan pedang terhunus,
kata yang keluar dari mulut Beliau adalah "Aku berlindung kepada
Allah".
Ini adalah ilmu
hati, berbeda lagi dengan ilmu akal dan ilmu fisik, karena nanti kita tidak
bisa mati konyol karena hanya yakin. Ini adalah jalan syariat untuk tidak
konyol.
Tidak boleh keyakinan
melemahkan ikhtiar, tidak boleh kegigihan ikhtiar memperlemah keyakinan. Jadi
lakukanlah ikhtiar; tubuh 100% bersimbah keringat terus berbuat all out, otak
peras sesuai teknologi yang paling mutakhir saat ini. Kita tidak bisa konyol
dengan hanya membawa panah melawan peluru. Ilmu hatinya sudah benar dengan
keyakinan tetapi sunnatullahnya adalah kecepatan peluru lebih daripada panah,
hal ini harus diakali. Berbeda dengan zaman Rasul atau sudah tidak ada peluang.
Sebuah kisah
meriwayatkan ketika Rasulullah hijrah dan berdoa di goa Tur, sahabat Abu Bakar
merasa gentar, jawaban Rasul adalah "Jangan sedih sesungguhnya Allah
bersama kita".
Jadi kita
sempurnakan syariat, tubuh harus dimaksimalkan, otak juga. Dua-duanya akan
menjadi ibadah. Tidak masalah jika kita mati terbunuh. Tidak ada yang kalah
kecuali orang yang kurang iman.
Kemenangan dan kekalahan hanya dipergilirkan. Mudah-mudahan kejadian di
Palestina dan Amerika membuat kita semakin mantap untuk meyakini kebenaran.
Walhamdulillahirobbil'alamiin.
Demikianlah 3
Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk bahan renungan. Semoga bermanfaat.
Tag : Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk bahan
renungan¸ Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk bahan renungan¸ Nasehat Aa’ Gym yang
baik untuk bahan renungan¸ Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk bahan renungan,
Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk bahan renungan¸ Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk
bahan renungan, Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk bahan renungan¸ Nasehat Aa’ Gym
yang baik untuk bahan renungan, Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk bahan renungan,
Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk bahan renungan¸ Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk
bahan renungan, Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk bahan renungan, Nasehat Aa’ Gym
yang baik untuk bahan renungan, Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk bahan renungan,
Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk bahan renungan, Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk
bahan renungan, Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk bahan renungan, Nasehat Aa’ Gym
yang baik untuk bahan renungan, Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk bahan renungan,
Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk bahan renungan, Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk
bahan renungan, Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk bahan renungan, Nasehat Aa’ Gym
yang baik untuk bahan renungan, Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk bahan renungan,
Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk bahan renungan, Nasehat Aa’ Gym yang baik untuk
bahan renungan
0 Response to "3 Nasehat Siraman kalbu dari Aa’ Gym yang baik untuk bahan Renungan "
Post a Comment
Tolong Jangan Melakukan SPAM ya.
KOMENTARLAH SESUAI ARTIKEL DI ATAS :)
TERIMA KASIH
ADMIN
INDRA SAPUTRA