Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah
Hai sahabat Blogger jemo lintank, bagi anda yang ingin membeli buku saya punya rekomendasi buku nih. Mulai hari ini kalo saya ada waktu saya akan memposting Rekomendasi buku untuk anda.
Untuk rekomendasi buku pertama, saya merekomendasikan anda untuk membaca buku " MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH, by Tere Liye "
Mungkin udah banyak ya yang tahu tentang buku ini, dan mungkin ada juga yang belum tahu.
Biar lebih jelasnya berikut saya kasih review dari orang-orang yang pernah membaca buku moga bunda di sayang Allah by tere liye ini yang didapat dari goodread.
Diangkat dari salah satu kisah nyata paling mengharukan, ditulis kembali dari salah satu film terbaik sepanjang masa.
Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah - review dari member ( nuning indani ) :
Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah - review dari member ( Michiyo 'jia' Fujiwara ) :
Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah - review dari member ( Liliyah ) :
Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah - review dari member ( aziyah ) :
Itulah sekilas review dari buku " moga bunda disayang Allah "
Oh iya biar kalian semakin ingin membeli buku ini. Berikut saya berikan quote's dari Buku " Moga Bunda disayang Allah "
“kebahagiaan adalah kesetiaan.. setia atas indahnya merasa cukup.. setia atas indahnya berbagi.. setia atas indahnya ketulusan berbuat baik..”
― Tere Liye, Moga Bunda Disayang Allah
“Ibu, rasa nyaman selalu membuat orang-orang sulit berubah. Celakanya, kami sering kali tidak tahu kalau kami sudah terjebak oleh perasaan nyaman itu... Padahal di luar sana, di tengah hujan deras, petir, guntur, janji kehidupan yang lebih baik boleh jadi sedang menanti. Kami justru tetap bertahan di pondok reot dengan atap rumbia yang tampias di mana-mana, merasa nyaman, selalu mencari alasan untuk berkata tidak atas perubahan, selalu berkata 'tidak'...
Ibu, rasa takut juga selalu membuat orang-orang sulit berubah. Celakanya, kami sering kali tidak tahu kalau hampir semua yang kami takuti hanyalah sesuatu yang bahkan tidak pernah terjadi... Kami hanya gentar oleh sesuatu yang boleh jadi ada, boleh jadi tidak. Hanya mereka-reka, lantas menguntai ketakutan itu, bahkan kami tega menciptakan sendiri rasa takut itu, menjadikannya tameng untuk tidak mau berubah.”
― Tere Liye, Moga Bunda Disayang Allah
“Gadis kecil itu benar sekali.. mengapa dunia diciptakan dengan penuh perbedaan. Yang satu dilebihkan dari yang lain... ada yang bisa melihat. Bisa mendengar, ada juga yang tidak. Ada yang cerdas, ada yang tidak. Apakah semua itu adil? Apakah takdir itu adil? Padahal bukankah semua pembeda itu hanyalah semu. Tidak hakiki. Ketika sang waktu menghabisi segalanya, bukankah semua manusia sama...”
― Tere Liye, Moga Bunda Disayang Allah
Itulah artikel Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah Semoga bermanfaat, nantikan rekomendasi buku lainnya hanya di BLOGGER JEMO LINTANK :) sampai jumpa .
tag : Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah, Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah, Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah, Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah, Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah, Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah, Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah, Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah, Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah
Untuk rekomendasi buku pertama, saya merekomendasikan anda untuk membaca buku " MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH, by Tere Liye "
Mungkin udah banyak ya yang tahu tentang buku ini, dan mungkin ada juga yang belum tahu.
Biar lebih jelasnya berikut saya kasih review dari orang-orang yang pernah membaca buku moga bunda di sayang Allah by tere liye ini yang didapat dari goodread.
Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah |
Moga Bunda Disayang Allah
by Tere Liye.Diangkat dari salah satu kisah nyata paling mengharukan, ditulis kembali dari salah satu film terbaik sepanjang masa.
Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah - review dari member ( nuning indani ) :
Setelah Delisa dan Laisa, ini novel ketiga Tere Liye yang aku baca. Saat pertama membaca reviewnya di Goodreads, aku langsung terpikir, novel ini sepertinya mirip kisah Helen Keller, sadurannya kah? Ternyata di bukunya memang disebutkan, kalau novel ini diilhami oleh kisah Helen Keller. Terlepas dari bayang-bayang Helen Keller, kisah dalam buku ini membuatku seperti menyaksikan sebuah film pendek, karena gambaran peristiwanya yang jelas sekali muncul di otakku saat membaca halaman demi halaman.Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah - review dari member ( Maya Sari ) :
Kita bisa saja memiliki keadaan yang berbeda dengan yang lainnya, tetapi selama semangat dan harapan itu masih ada, maka mimpi tidak hanya akan menjadi sekadar mimpi.
Ini buku kedua Tere Liye yang saya baca. Pengen bikin review yang panjang =)Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah - review dari member ( Haryadi Yanshah ) :
Ada banyak tokoh di dalam cerita ini:
Ada Bunda, yang begitu anggun, lemah, namun sekaligus juga tegar,
Ada Tuan HK (kira-kira HK itu singkatan dari apa ya??), suami Bunda yang merupakan seorang pekerja ulet, dan sangat sayang pada keluarganya,
Ada Ibu-Ibu Gendut (kira-kira namanya siapa ya? ), yang baiiiik banget !!,
Ada Salamah, yang slalu membuat ’rame’ suasana dengan kepolosan dan kepanikannya (siap-siap tersenyum dan tertawa kalau sampai pada bagian cerita yang ada Salamah-nya ),
Ada Mang Jeje, yang setiap hari slalu memotong rumput keluarga HK dan memelihara ayam kate berwarna putih,
Ada Kinasih, gadis yang berkerudung lembut (tokoh yang tidak penting tapi penting ),
Terakhir, 2 tokoh UTAMA dari cerita ini adalah.... (Pak Guru) KARANG dan MELATI.
Pada bab-bab awal dari kisah ini, saya cukup larut dengan rasa keterpurukan yang dialami Karang dan –secara tidak langsung – juga dirasakan oleh Melati. Melati, seorang anak kecil, yang tak bisa melihat, tak bisa mendengar, sekaligus tak bisa berkomunikasi dengan orang lain. Yang tidak tahu apa-pun, karena yang bisa ia lihat adalah gelap dan yang bisa ia dengar hanyalah sunyi.. Dan Karang, pemuda yang sudah ‘menyerah’ dengan kehidupan, yang tidak lagi mempunyai mimpi dan harapan..
Lalu, bukankah ketika 2 orang bertemu, pasti salah satu dari keduanya (atau bahkan kedua-duanya sekaligus ) akan mendapat manfaat dari yang lainnya? Hingga takdir-pun mempertemukan kedua orang itu...
Membaca kisah ini, awalnya yang saya temukan adalah rasa-rasa keputus-asaan.. Kemudian, dengan adanya usaha yang keras, tak pantang menyerah, dan kekuatan do’a, semuanya lalu berubah sesuai dengan IMPIAN ! ..
“Baaa, maaa.... Baa... Maa... ” (artinya: Moga Bunda disayang Allah...)
“Dia mencintai anak-anak, Ryan. Bukan! Bukan karena mereka terlihat menggemaskan, tetapi karena menyadari janji kehidupan yang lebih baik selalu tergenggam di tangan anak-anak..“ (Hal 234)
Bang Darwis kembali memakai anak-anak sebagai tokoh utama. Kali ini bernama Melati, yang secara fisik aku bayangkan tak jauh daripada Delisa. Namun, karena kecelakaan kecil disaat liburan pada usia tiga tahun, Melati harus menjadi buta, tuli dan bisu. Persis yang dialami Hellen Keller pada usia 2 tahun.
Melati adalah anak pengusaha kaya, sepasang suami istri, yang dari awal hingga akhir hanya disebut dengan nama Bunda dan Tuan HK. Bayangkan! Rumah mereka berada di atas bukit, yang dari sana bisa melihat pemandangan seluruh kota (antah berantah) dan laut. Pembantunya saja ada 9 orang (kalo gak salah). Salah satu yang paling setia bernama Salamah yang sudah mengabdi pada keluarga HK sejak berapa generasi diatasnya.
Di tempat lain, ada seorang pemuda yang menenggelamkan dirinya pada alkohol selama tiga tahun lamanya. Selalu bertingkah seenaknya, kasar, dan (seperti) tak berperasaan. Pemuda itu –Karang, ternyata menyimpan sebuah teraumah akan kecelakaan perahu yang menewaskan 8 anak didik taman bacaannya, terutama Qintan, bocah cerdas yang sangat disayangi. Semenjak kejadian itu, yang dikerjakan Karang hanya tidur sepanjang hari dan pergi mabuk ketika malam hari, begitu terus selama tiga tahun.
Takdir akhirnya mempertemukan Karang dan Melati. Bukan hal mudah mempertemukan mereka. Bunda Melati sampai harus datang dan memohon (jika tidak ingin dikatakan menyembah) pada Karang untuk mencoba membantu Melati. Ntah datang darimana perasaan itu, akhirnya Karang memutuskan untuk membantu Melati.
Cara Karang mendidik Melati yang sangat keras (lebih keras dari pada Mrs Sulivan mendidik Hellen Keller) ditentang oleh Tuan HK. Karang tidak segan-segan membentak (walau Melati tak mendengar), memukul, bersikap kasar, dan lain sebagainya. Melihat itu dan terlebih ketika mengetahui Karang seorang pemabuk, Tuan HK menjadi kian marah.
Dia mengusir Karang. Namun Bunda Melati memiliki satu keyakinan Karang bisa membantu Melati. Jadilah selama hampir satu bulan Karang tinggal dikediaman keluarga Tuan HK. Selama itu tuan HK bertugas ke Jerman untuk mengurusi bisnis keluarga mereka.
Kisah ini berakhir dengan bahagia. Melati akhirnya bisa melihat, walau tetap bisu. Menurutku, di tangan bang Darwis semua tipe ending bisa menjadi menarik. Andai berakhir menyedihkan, pembaca akan merasa itu masuk akal, karena menyembuhkan Melati memang hal yang sulit. Dan dengan berakhir bahagia seperti ini, pembaca akan mendapat kelegaan dari kehidupan Melati yang menyedihkan.
Tinggal bersama Melati pula akhirnya Karang bertemu kembali dengan kekasihnya, Kinasih, dan juga menemukan kembali hidupnya dulu, tanpa bayang-bayang teraumah. Buku yang luar biasa, walau rasanya sulit menemukan hubungan Melati dan Karang diwaktu sekarang. (Apalagi cara mendidik Karang yang sangat tak biasa).
Selamat buat Bang Darwis. Di tunggu karyanya yang lain. :)
“ Benarlah. Jika kalian sedang bersedih, jika kalian sedang terpagut masa lalu menyakitkan, penuh penyesalah seumur hidup, salah satu obatnya adalah dengan menyadari masih banyak orang lain yang lebih sedih dan mengalami kejadian lebih menyakitkan dibandingkan kalian. Masih banyak orang lain yang tidak lebih beruntung dibandingkan kita. Itu akan memberikan pengertian bahwa hidup ini belum berakhir. Itu akan membuat kita selalu meyakini : setiap makhluk berhak atas satu harapan“ (Hal 136)
Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah - review dari member ( Michiyo 'jia' Fujiwara ) :
Terima kasih ya Allah! Terima kasih.. Mungkin kami tidak akan pernah mengerti dimana letak keadilan-Mu dalam hidup. Karena mungkin kami terlalu bebal untuk mengerti. Terlalu ‘bodoh’. Tapi kami tahu satu hal, malam ini kami meyakini satu hal, Engkau sungguh bermurah hati.. Engkau sungguh pemurah.. atas segala hidup dan kehidupan.
Lihatlah kanak-kanak berumur 6 tahun tahu, kanak-kanak yang buta, tuli, sekaligus bisu itu. Kanak-kanak yang seolah dunia terputus darinya, baru saja mengatakan kalimat indah itu!
“ Moga Bunda disayang Allah..”
Cerita yang diilhami oleh Hellen Adam Keller.
“ Moga Ayah juga disayang Allah..”
Orangtua bagaimanapun keadaannya, akan slalu sayang dan menerima keadaan anak-anaknya, seperti yang pernah mereka katakan kepadaku:
“ Kesedihanmu adalah kesedihan kami juga, kebahagiaanmu (kami percaya) suatu saat pasti akan kamu raih, percayalah nak!.. akan menjadi kebahagiaan kami juga..”
:’(
Semoga nanti aku bisa seperti mereka ketika menjadi orangtua.. suatu saat nanti..
Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah - review dari member ( Liliyah ) :
Melati, gadis kecil yang hampir "sempurna" terputus dari dunia karena cacat fisiknya : buta, tuli dan hampir bisu maka hanya HITAM-GELAP dunia yg dikenalnya. Melati tak pernah mengerti apa itu bunyi, apa itu cahaya bahkan tak pernah tahu apa arti "Bunda"?. semua aktivitas yg dilakukannya hanya berdasarkan insting, hampir seperti hewan yg belajar mengenal lingkungannya. Perjuangan Bunda bersama Karang (Pak guru) nyaris menguras habis kesabaran, ketabahan demi membawa Melati keluar dari kegelapan dunia.
Fiuhh...novel yang sangat menyentuh, membangunkan diri dari kealpaan akan rasa syukur pada setiap inci kesempurnaan yang telah Dia anugerahkan pada kita yang tergolong manusia normal dan sehat.
Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah - review dari member ( aziyah ) :
Apa yang kau rasakan ketika terjaga dari tidur mendapati keadaan sekitar hitam kelam dan sunyi? Tak ada cahaya. Dan tak ada suara. Panik? Takut? Jengkel? Sesak? Atau marah? Bagi Melati, gadis kecil berusia 6 tahun, dia telah terbiasa dengan keadaan seperti itu. Sepanjang waktu yang dia jumpai hanya hitam, kosong dan sunyi. Hati ibu mana yang tak sedih melihat anak semata wayang mereka, buta, tuli, dan bisu.
Bunda tak putus-putusnya berdoa dan berusaha. Dokter-dokter ahli telah didatangkan dari ibukota dan luar negeri. Bukannya lebih baik, Melati menggigit jari salah seorang dokter nyaris putus. Melati memang tidak mudah untuk didekati. Ia tidak suka dipegang, karena ia bisa berang, meronta, dan mengamuk. Bunda tak putus-putusnya berdoa dan berusaha. Walau Melati mustahil untuk bisa mendengar atau melihat, Bunda berharap setidaknya Melati bisa mengenal Ayah, Bunda,dan Sang Pencipta. Bunda mempercayai firman-Nya : dibalik setiap kesulitan terdapat suatu kemudahan. 3 tahun telah berlalu, Bunda sabar menunggu datang keajaiban untuk putri kecil. Ia telah sampai pada titik asa.
Ada satu harapan yang bisa menolong Melati. Seorang pemuda yang mampu membaca perasaan dan pikiran anak-anak. Karang namanya. Namun, Karang sendiri butuh bantuan untuk berdamai dengan masa lalunya. Ia berubah dari idola anak-anak menjadi pemabuk dan ’makhluk kalong’ tak mempedulikan kehidupannya. Berantakan. Bau. Aroma alkohol bagaikan parfum tubuhnya. Penampakannya seram, rambut gondrong tak terurus dan mukanya brewokan. Hanya matanya sesekali menyiratkan keteduhan, itupun kalau tidak sedang mabuk. Transformasi Karang berakar pada kecelakaan tragis, tiga tahun lalu. Saat Melati jatuh terduduk tepat dengan terbaliknya perahu nelayan yang membawa Karang dan anak-anak taman bacaanya berwisata air. Dua belas anak. Delapan belas tidak. Kehilangan yang sungguh besar, saat Karang menyaksikan Qintan menghembuskan nafas terakhir. Bukan orang lain yang menyalahkan Karang karena telah lalai mengenai keselamatan orang lain. Tak ada yang lebih pedih, jika dirinya sendiri yang memvonis bersalah.
Terlepas dari sosok Karang yang pemabuk dan ’menyeramkan’. Bunda menaruh harapan Karang bisa menolong melati. Bunda tak gentar akan penolakan dan kekasaran Karang. Demi putri semata wayangnya. Karang bisa merasakan apa yang dirasakan Melati, walau ia tidak buta dan bisa mendengar. Sepi. Kosong. Ia memutuskan untuk menolong Melati, untuk mewujudkan janji yang lebih baik untuk gadis cilik berambut ikal ini.
Dunia Melati terbiasa dengan gelap dan sunyi. Ia tidak bisa mengetahui bedanya sendok dan garpu. Ia tidak mendengar rinai hujan bahkan petir sekalipun. Ia tidak pernah dengar ketika Bundanya memanggil ”sayang”. Aturan yang utama: jangan memegang Melati. Ia tak suka disentuh. Apabila seseorang lupa aturan tersebut, ia akan meronta, marah, dan berteriak marah, namun hanya sengau yang terlontar, ”BAA...MAAA”. tangan kecilnya akan menjangkau apa saja yang didekatnya. PRANG..Pecahlah sudah.
Perlu waktu seminggu untuk Melati menggunakan Sendok-Garpu. Itupun dilalui dengan tiga hari tidak makan. Merajuk. Dan berang seperti biasa. Perlu waktu seminggu lagi untuk Melati agar mengenal kursi dan duduk manis diatasnya. Prosesnya untuk mengenal amat berjalan lambat. Karang pun harus mencari cara, kunci yang tepat untuk Melati mengenal dunia. Pelajaran ketiga, tembikar. Sebelumnya, Melati suka sekali melempar keramik Ayahnya, mana ia tahu kalau harganya mahal atau bentuknya indah. Karang ingin mengajarkan tembikar ini bukan benda-untuk-dilempar. Setiap celengan ayam yang diberikan kepada Melati hanya berakhir di Sapu Ijuk dan Pengki Salamah, pembantu keluarga. Karang harus berlomba dengan waktu. Waktunya semakin singkat karena kepulangan Tuan HK, Ayah Melati, dari Jerman semakin dekat. Tuan HK telah mengusir Karang di hari keberangkatannya karena berani minum alkohol dirumahnya. Jadi, Tuan HK tidak tahu kalau Karang masih berada di rumahnya, masih mengajari Melati.
Karang pusing berusaha menemukan ’kunci’ komunikasi Melati. Disaat Melati tertidur, Karang mulai membuka hatinya, menceritakan Qintan, tarian Aurora. Karang kembali mendongeng biarpun Melati tidak mendengarnya. Ia mencium rambut Melati. Dengan sejuta voltase ,ia bisa merasakan. Sempurna. Karang bisa berpikir, melihat, mendengar, merasakan persis seperti Melati rasakan sekarang. Dia bisa melihat gelap itu. Dia menatap kosong. Hitam. Seperti berdiri sendirian di ruangan yang gelap total. Sebal. Mengkal. Frustasi dan kerinduan. Gadis kecil ini rindu. Rindu mengenal siapa saja. Ayah.Ibu.Teman. Bahkan ia rindu mengenal-Mu.
Time is out. Tuan HK pulang lebih cepat dari yang diketahui. Niat hati ingin membuat surprise keluarganya, justru dirinya yang terkejut. Anak muda itu masih berada di rumahnya, masih bersantap pagi di meja makannya! Tuan HK marah. Situasi di meja makan tegang. Semburan marah Tuan HK membuatnya tak memperhatikan perkembangan Melati. Melati telah makan dengan sendok-garpu dan tak mengacak-ngacak makanan seperti dulu. Tanpa disadari orang-orang, Melati melangkah keluar menuju taman. Ia disambut butir-butir air yang menyentuh lembut kulitnya. Dingin. Menyenangkan. Untuk pertama kalinya, ia tersenyum. Sementara seisi rumah sudah panik mencari gadis itu.
Melati sudah didekat air mancur membuatnya basah terciprat air. Ia basah kuyup. Tapi ia tak peduli, ia tertawa riang. Bunda ingin menggendongnya ke dalam rumah, Melati bisa sakit. Karang melarangnya. Kejutan sejuta voltase kembali menghampirinya. Ia bisa merasakannya. Gelap itu mendadak berubah menjadi tarian sejuta aurora. Gadis cilik itu tergugu. Ia tidak pernah melihat cahaya. c-a-h-a-y-a. Tuhan memberikan keajaibannya. Telapak tangan Melati lah kuncinya. Syaraf-syaraf permukaan telapak tangan menjadi lebih sensitif, mata-telinga-mulut Melati.
“Baa…aa..aa” Melati bertanya.
“A-i-r” Karang gemetar menuliskan huruf-huruf itu di telapak tangan Melati
”Baa..a..aa”Melati mengerung pelan
Karang mendekatkan telapak tangan Melati ke mulutnya..ia berkata sekali lagi ”a-i-r”
Melati tersenyum riang. Rasa frustasi yang mengungkungnya sirna. Ia mengerti. Ia tahu. Inilah nama benda yang dingin dan menyenangkan: air.
Dengan cepat..ia belajar mengenali Ayah, Bunda, ’Pak Guru’ Karang. Tak putus-putusnya ia bertanya kepada Karang. Ia belajar sangat cepat..Mengenali dunia yang tak sehitam dan sekosong dulu.
Kisah Melati terinspirasi oleh Hellen Keller. Ia buta dan tuli. Keterbatasan fisik tidak menghalanginya menjadi aktivis dunia. Ia justru mampu melakukan banyak hal dibandingkan orang ’normal’ yang bisa melihat dan mendengar. Saya mengenal Hellen Keller dari quotenya: ”the best and most beautiful things in the world cannot be seen or even touched. They must be felt with the heart”. Kisahnya menginspirasi dunia. Dia menunjukkan keterbatasan fisik bukan berarti keterbatasan akal-pikiran.
Itulah sekilas review dari buku " moga bunda disayang Allah "
Oh iya biar kalian semakin ingin membeli buku ini. Berikut saya berikan quote's dari Buku " Moga Bunda disayang Allah "
“kebahagiaan adalah kesetiaan.. setia atas indahnya merasa cukup.. setia atas indahnya berbagi.. setia atas indahnya ketulusan berbuat baik..”
― Tere Liye, Moga Bunda Disayang Allah
“Ibu, rasa nyaman selalu membuat orang-orang sulit berubah. Celakanya, kami sering kali tidak tahu kalau kami sudah terjebak oleh perasaan nyaman itu... Padahal di luar sana, di tengah hujan deras, petir, guntur, janji kehidupan yang lebih baik boleh jadi sedang menanti. Kami justru tetap bertahan di pondok reot dengan atap rumbia yang tampias di mana-mana, merasa nyaman, selalu mencari alasan untuk berkata tidak atas perubahan, selalu berkata 'tidak'...
Ibu, rasa takut juga selalu membuat orang-orang sulit berubah. Celakanya, kami sering kali tidak tahu kalau hampir semua yang kami takuti hanyalah sesuatu yang bahkan tidak pernah terjadi... Kami hanya gentar oleh sesuatu yang boleh jadi ada, boleh jadi tidak. Hanya mereka-reka, lantas menguntai ketakutan itu, bahkan kami tega menciptakan sendiri rasa takut itu, menjadikannya tameng untuk tidak mau berubah.”
― Tere Liye, Moga Bunda Disayang Allah
“Gadis kecil itu benar sekali.. mengapa dunia diciptakan dengan penuh perbedaan. Yang satu dilebihkan dari yang lain... ada yang bisa melihat. Bisa mendengar, ada juga yang tidak. Ada yang cerdas, ada yang tidak. Apakah semua itu adil? Apakah takdir itu adil? Padahal bukankah semua pembeda itu hanyalah semu. Tidak hakiki. Ketika sang waktu menghabisi segalanya, bukankah semua manusia sama...”
― Tere Liye, Moga Bunda Disayang Allah
Itulah artikel Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah Semoga bermanfaat, nantikan rekomendasi buku lainnya hanya di BLOGGER JEMO LINTANK :) sampai jumpa .
tag : Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah, Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah, Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah, Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah, Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah, Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah, Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah, Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah, Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah
0 Response to "Rekomendasi buku - Moga Bunda Disayang Allah"
Post a Comment
Tolong Jangan Melakukan SPAM ya.
KOMENTARLAH SESUAI ARTIKEL DI ATAS :)
TERIMA KASIH
ADMIN
INDRA SAPUTRA